Harga Minyak Dunia Naik Tipis Jelang Negosiasi Tarif AS-China

Sifi Masdi

Friday, 09-05-2025 | 14:25 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mencatat kenaikan tipis pada Jumat (9/5/2025), di tengah meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China serta tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Inggris.

 

Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent naik 0,1% atau sebesar 7 sen ke posisi US$62,91 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga menguat sebesar 7 sen atau 0,1%, menjadi US$59,98 per barel.

 

Kenaikan ini terjadi menjelang pertemuan penting antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng yang dijadwalkan berlangsung di Swiss pada 10 Mei 2025. Pertemuan ini bertujuan meredakan ketegangan dagang yang selama ini membayangi pertumbuhan konsumsi energi global, khususnya minyak mentah.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Turun Rp27.000 per Gram

Rumor Grab Akuisisi GOTO, Ini Jawaban Manajemen

Harga Minyak Dunia Kembali Melemah: Harapan Pertemuan AS-China Pudar


 

Selain dari sisi hubungan AS-China, sentimen positif juga datang dari pengumuman kesepakatan dagang baru antara AS dan Inggris. Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer sepakat untuk menurunkan tarif impor dari kedua negara.

 

Dalam kesepakatan tersebut, Inggris akan memangkas tarif impor produk AS menjadi 1,8% dari sebelumnya 5,1%. Sebagai balasannya, AS akan mengurangi bea masuk untuk mobil-mobil asal Inggris, meskipun tetap mempertahankan tarif 10% terhadap sebagian besar produk lainnya. Langkah ini diperkirakan akan mendukung kelancaran perdagangan bilateral dan memberikan stimulus tambahan bagi aktivitas ekonomi global.

 

Namun di tengah sentimen positif tersebut, pasar tetap mewaspadai sejumlah faktor yang dapat menekan harga. OPEC dan sekutunya (OPEC+) dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi minyak, yang berpotensi menambah pasokan global dan menekan harga.

 

Meskipun begitu, data terbaru dari survei Reuters menunjukkan bahwa produksi OPEC justru mengalami sedikit penurunan pada April 2025. Penurunan ini disebabkan oleh gangguan produksi di Libya, Venezuela, dan Irak, yang melebihi peningkatan produksi dari negara-negara anggota lainnya.

 

Di sisi lain, sanksi yang lebih ketat dari AS terhadap Iran juga menjadi faktor penting yang dapat memperketat pasokan minyak global. Dua kilang kecil di China dilaporkan terkena sanksi karena membeli minyak dari Iran, sehingga mereka kesulitan mengakses pasokan dan terpaksa menjual produk mereka dengan label yang disamarkan.

 


 

 

 

 

 

KOMENTAR