Harga Minyak Dunia Turun, Usai Serangan Iran ke Israel

Sifi Masdi

Tuesday, 16-04-2024 | 10:28 am

MDN
Ilustrasi harga minyak dunia [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Harga minyak dunia mengalami penurunan pada penutupan perdagangan, usai serangan Iran terhadap Israel di akhir pekan. Meski awalnya menimbulkan kekhawatiran, dampak serangan tersebut ternyata tidak seburuk yang diperkirakan, sehingga meredakan kecemasan akan konflik yang dapat mengganggu produksi minyak mentah.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham untuk Dikoleksi Hari Ini: Selasa (16/4/2024)

 

Pada Senin (15/4), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman Juni 2024 ditutup melemah 0,4% menjadi US$ 90,10 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2024, ditutup turun 25 sen atau 0,3% ke US$ 85,41 per barel.

 

Harga minyak sempat turun lebih dari US$ 1 per barel di awal sesi, namun kemudian memperkecil kerugian setelah Reuters melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah memanggil kabinet perangnya untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam.

 

Harga minyak acuan sebelumnya telah meningkat pada hari Jumat untuk mengantisipasi serangan balasan Iran, dengan harga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2023.

 

BACA JUGA: Naik Lagi, Hari Ini Emas Antam Dibanderol Rp1.321.000 per Gram

 

Namun, intersepsi Israel terhadap serangan Iran, yang melibatkan lebih dari 300 rudal dan drone, berhasil meredakan kekhawatiran akan konflik regional yang dapat mempengaruhi lalu lintas minyak melalui Timur Tengah.

 

 

 

“Keberhasilan pertahanan Israel menyiratkan bahwa risiko geopolitik telah berkurang secara signifikan,” kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho Bank.

 

Data penjualan ritel AS yang kuat dari Departemen Perdagangan juga berkontribusi pada penurunan harga minyak. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dan mengurangi permintaan minyak.

 

“Istilah kunci dalam keseluruhan skenario ini adalah penghancuran permintaan,” kata Yawger.

 

Di Timur Tengah, pernyataan Iran bahwa pembalasannya telah berakhir telah semakin menurunkan suhu geopolitik, kata analis Kpler, Viktor Katona. Sementara itu, John Evans dari pialang minyak PVM mengatakan, serangan drone dan rudal Iran adalah “seperti peristiwa dunia yang dapat diingat oleh orang-orang.”

 

BACA JUGA: Pengakuan Aneh Mantan Istri: Cerai Karena Kaka Terlalu Sempurna

 

Serangan tersebut, yang oleh Iran disebut sebagai pembalasan atas serangan udara terhadap konsulatnya di Damaskus, hanya menyebabkan kerusakan ringan, dengan rudal yang ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel. Iran, sebagai produsen utama dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi lebih dari 3 juta barel minyak mentah per hari.

 

Permusuhan di Timur Tengah yang berpusat pada konflik Israel-Hamas di Gaza sejauh ini hanya berdampak kecil terhadap pasokan minyak.

 

 “Jika krisis ini tidak meningkat ke titik yang menciptakan gangguan pasokan, maka akan ada risiko penurunan seiring berjalannya waktu, namun hal ini hanya terjadi jika sudah jelas bahwa Israel telah memilih respons yang terukur,” kata Amrita Sen, pendiri dan direktur penelitian di Energy Aspects.

 

Di sisi lain, meningkatnya produksi minyak AS juga membebani harga minyak. Energy Information Administration (EIA) AS mengatakan produksi dari wilayah penghasil minyak serpih terbesar akan meningkat lebih dari 16.000 barel per hari (bph) menjadi 9,86 juta barel per hari, atau level tertinggi dalam lima bulan.


 

KOMENTAR