Trump Tinggalkan Kesepakatan Nuklir Iran, Harga Minyak Langsung Meroket
Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump meninggalkan perjanjian nuklir dengan negara sekutu dan Iran berdampak pada kenaikan harga minyak. Harga minyak mentah dunia diperdagangkan lebih mahal pada Rabu pagi (9/5/2018).
Langkah AS keluar dari perjanjian yang dibuat tahun 2015 tersebut diperkirakan bisa meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan mendorong ketidakpastian pasokan minyak global.
Harga minyak Brent di pasar berjangka merangkak ke US$ 76,21 per barel, naik 1,8% dari hari sebelumnya. Harga minyak ini mendekati level US$ 76,34 per barel yang ditoreh Senin lalu, yang juga merupakan harga tertinggi sejak 2014.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di pasar berjangka juta naik US$ 1,18 atau 1,7% menjadi US$ 70,24 per barel. Ini pun hampir mendekati level tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Setelah keluar dari kesepakatan, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menyusun kembali sanksi Iran yang lebih ketat dalam waktu 180 hari ke depan. Hal ini bisa mempengaruhi posisi Iran sebagai salah satu eksportir minyak dunia.
Iran kembali menjadi salah satu eksportir minyak terbesar dunia tahun 2016, AS dan nengara sekutunya mencabut sanksi ekonomi sebagai pertukaran atas pengekangan program nuklir Iran. Dengan ekspor mencapai 2,6 juta barel per hari ke Asia dan Eropa, per April lalu, Iran menjadi eksportir minyak ketiga di antara negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) setelah Arab Saudi dan Irak.
ANZ bank menilai, dengan sanksi baru Trump, pasar akan mengalami pengetatan suplai minyak secara signifikan mulai semester kedua hingga akhir tahun.
Baca juga:
Harga Minyak Global Cenderung Naik
Arab Saudi Ingin Harga Minyak Sentuh di Level US$ 80 Per Barel
Kekhawatiran Perang di Timteng Picu Kenaikan Harga Minyak
TAG#Iran, #Minyak Mentah, #Donald Trump, #Timur Tengah, #Minyak, #Nuklir Iran
182207683
KOMENTAR