Jalan Di Musi Banyuasin Mulai Menggunakan Aspal Karet
"Investasi awal memang lebih mahal sekitar 25 persen dari aspal biasa, tetapi jika dilihat daya tahannya yang mencapai 50 persen maka secara keseluruhan bisa dikatakan teknologi ini lebih murah,"
Sekayu, Inako –
Sejumlah ruas jalan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mulai menggunakan aspal karet. Aspal kareat dinilai lebih kuat sehingga dengan penggunaan aspal jenis ini kualitas infrastruktur jalan dan penyerapan karet dalam negeri semakin hari semakin meningkat.
Peluncuran penggunaan aspal hotmix dengan campuran serbuk karet alam teraktivasi (SKAT) ini mulai dilakukan di Desa B4 Mulyorejo, Kecamatan Sungai Lilin, Kamis.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex mengatakan, anjloknya harga karet di kalangan petani rakyat menimbulkan keprihatinan sehingga harus ditemukan solusi nyatanya yakni penyerapan dalam negeri. Kabupaten Muba langsung berinisiatif menjadi yang pertama di Indonesia.
Saya tidak ingin kondisi ini berlarut-larut, langsung action saja, dan Muba langsung mewujudkannya dengan menggunakan karet untuk campuran aspal, kata Dodi.
Pada tahap awal, kata dia, aspal berbahan campuran karet ini akan diterapkan di jalan Desa Mulya Rejo B4 Kecamatan Sungai Lilin dengan panjang jalan 465 meter atau mampu menyerap sekitar 8,49 ton karet alam milik petani rakyat.
Dodi mengatakan, hal ini bisa terwujud, selain karena adanya komitmen dari pemerintah kabupaten, juga adanya teknologi pembuatan aspal hotmix menggunakan campuran serbuk karet alam teraktivasi (SKAT).
Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PU PR Deded Permadi Sjamsudin mengatakan langkah pemkab ini tepat, karena aspal karet ini sejatinya jauh lebih murah karena memiliki daya tahan lebih lama.
"Kami apresiasi langkah dan terobosan Bupati Muba Dodi Reza untuk komitmen pembangunan infrastruktur jalan di daerahnya, kami berharap ini terus berlanjut dan menjadi contoh kabupaten lain terutama kabupaten penghasil karet," kata dia.
Pusat Penelitian Karet mengungkapkan penggunaan karet alam dalam campuran aspal dipastikan lebih murah meski untuk investasi awal jauh lebih mahal.
Untuk itu, Pemkab Muba tidak segan-segan mengalokasikan dana APBD Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp1,8 miliar, apalagi memiliki sekitar 250.000 hektare lahan karet, 90 persen diantaranya dimiliki oleh petani rakyat.
"Investasi awal memang lebih mahal sekitar 25 persen dari aspal biasa, tetapi jika dilihat daya tahannya yang mencapai 50 persen maka secara keseluruhan bisa dikatakan teknologi ini lebih murah," kata Direktur Pusat Penelitian Karet Karyudi.
Harga karet di pasaran ekspor anjlok sejak 2013 dan hingga kini belum merangkak naik ke harga ideal di atas Rp10.000 per kg. Saat ini, harga di tingkat petani hanya berkisar Rp6.000 per kg.
Pemerintah telah berupaya untuk mengatasinya, salah satunya menggandeng negara-negara pengekspor karet seperti Thailand dan Malaysia untuk mengurangi pasokan ekspor.
Namun, jatanya, upaya ini juga kurang efektif mengingat bermunculan negara-negara baru pengekspor karet. Saat ini di pasaran internasional terdapat kelebihan pasokan 2,5 juta ton.
Untuk itu pemerintah menilai, langkah paling efektif untuk mengatasi persoalan ini yakni meningkatkan serapan dalam negeri mengingat sejauh ini baru mencapai 18 persen dari total produksi 3,1 juta ton per tahun.
Guru SMAN 87 Yang Dituduh Doktrin Anti Jokowi Masih Mengajar
Taiwan Serahkan Bantuan USD500.000 Untuk Palu Melalui MUI
Polda Bali Kerahkan K9 untuk Amankan Pertemuan IMF-World Bank
TAG#Aspal Karet, #Musi Banyuasin, #Sumsel
188623815
KOMENTAR