Kontingen Bela Negara Tanam Bakau Di Pantai Mahitam Lampung

Binsar

Friday, 20-09-2019 | 18:55 pm

MDN
Perwakilan Kontingen Bela Negara saat menanam Bakau di Pantai Mahitam [Inakoran.com/Ina TV]

Lampung, Inako

Kontingen Bela Negara dari Kementerian Pertahanan, yang tergabung dalam kegiatan Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) 9 dalam rangka Sail Nias 2019, melakukan penanaman pohon bakau atau mangrove di Pantai Mahitam, Kabupaten Pesawan, Provinsi Lampung, Jumat (20/9).

Simak video bersama Letkol Arm Rudi Jangan lupa "klik Subscribe and Like" jadilah Agen perubahan untuk Kejayaan ekosistem laut.

 

Rombongan Bela Negara berangkat dari Markas Brigade Infanteri (Brigif) 4 Marinir Lampung – tempat mereka menginap sebelumnya - dengan menumpang belasan truk marinir sekitar pukul 08.15 WIB. Sekitar pukul 09.30 WIB, rombongan tiba di Batalion Marinie 07 dan langsung menuju lokasi penanaman bakau bersama kontingen KPN dari Kemenpora dan Saka Bahari dari TNI Angkatan Laut.

Letkol Arm. Rudi Setiawan, Wadansatgas Bela Negara [Inakoran.com/Ina TV]

 

Hutan mangrove memiliki peranan penting dan banyak manfaat bagi manusia, baik langsung maupun tidak langsung yakni bagi lingkungan sekitar khususnya bagi penduduk pesisir. Hal ini sangat masuk akal, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dan juga merupakan salah satu negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia.

Secara ekologis, hutan bakau atau mangrove memiliki beberapa manfaat bagi manusia khususnya mereka yang tinggal di sekitar daerah pesisir. Berikut manfaat bakau bagi manusia dan alam:

Pertma, Mencegah Intrusi Air Laut. Intrusi laut merupakan peristiwa perembesan air laut ke tanah daratan. Intrusi laut dapat menyebabkan air tanah menjadi payau sehingga tidak baik untuk dikonsumsi. Hutan Mangrove memiliki fungsi mengendapkan lumpur di akar-akar pohon bakau sehingga dapat mencegah terjadinya Intrusi Air laut ke daratan.

 

Lokasi Penanaman Bakau di Pantai Mahitam Lampung [Inakoran.com/Ina TV]

 

Kedua, Mencegah Erosi dan Abrasi Pantai. Erosi merupakan pengikisan permukaan tanah oleh aliran air sedangkan abrasi merupakan pengikisan permukaan tanah akibat hempasan ombak laut. Hutan Mangrove memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah akibat air.

Ketiga, Sebagai pencegah dan penyaring alami. Hutan mangrove biasanya yang dipenuhi akar pohon bakau dan berlumpur. Akar tersebut dapat mempercepat penguraian limbah organik yang terbawa ke wilayah pantai.Selain pengurai limbah organik, hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut seperti minyak dan diterjen, dan merupakan enghalang alami terhadap angin laut yang kencang pada musim tertentu.

 

 

Keempat, Sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa. Hutan Mangrove juga merupakan tempat tinggal yang cocok bagi banyak hewan seperti biawak, kura-kura, monyet, burung, ular, dan lain sebagainya. Beberapa jenis hewan laut seperti ikan, udang, kepiting dan siput juga banyak tinggal didaerah ini. Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.

 

Dansatgas Pelantara 9, Kolonel Marinir I Dewa Gede Wirawan (dua dari kanan) saat memimpim kontingen Pelantara 9 menanam bakau di Pantai Mahitam [Inakoran.com/Ina TV]

 

Kelima, Berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir. Hutan mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Sebagai contoh, Buah vivipar yang terbawa air akan menetap di dasar yang dangkal, dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.

 

 

Hutan mangrove di Indonesia kini tidak luput dari permasalahan lingkungan. Akibat pengelolaan yang buruk, ekosistem hutan mangrove di pesisir pantai terancam punah sehingga akan mempercepat proses abrasi pantai dan dalam beberapa tahun kedepan, garis pantai akan lebih cepat bergeser ke arah daratan di Kawasan Sekitar Aceh.

Dalam mengatasi hal ini, WWF Indonesia melakukan penggalangan dana untuk proyek pemulihan kawasan hutan mangrove yang bertajuk Save mangrove #BirukanLaut. Dengan menyumbangkan sebagian uang, masyarakat dapat secara langsung berkontribusi dalam penanaman dan perawatan kawasan mangrove.

Selain itu, dengan diadakannya crowdfunding ini secara tidak langsung akan memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem pantai, diantaranya vegetasi Mangrove.

KOMENTAR