Listrik Tenaga Nuklir dan EBT Mana Lebih Murah?

Hila Bame

Monday, 23-06-2025 | 12:51 pm

MDN
Batuan uranium (ist)

 

JAKARTA, INAKORAN

Dinamika global terutama isu ketahanan energi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi percepatan transisi energi sehingga dijadikan sebagai topik pembahasan hampir di setiap negara.

Topik transisi energi yang dibahas setiap kawasan bermuara pada dua isu utama.

Yaitu, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dan pembangkit listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT). Biaya investasi dari sumber listrik itu membuka opsi bagi sebagian negara untuk memilih salah satunya. 

Biaya operasional pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dinilai lebih murah dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Namun, biaya awal pembangunan PLTN jauh lebih tinggi daripada pembangkit EBT. 

Berikut adalah perbandingan lebih detail:

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN):

  • Biaya Operasional:

    Biaya operasional PLTN cenderung lebih rendah karena bahan bakar nuklir, seperti uranium, memiliki kepadatan energi yang tinggi dan umur pakai yang panjang, sehingga membutuhkan lebih sedikit bahan bakar dan frekuensi penggantian yang jarang. 

  • Biaya Awal (Investasi):

    Pembangunan PLTN membutuhkan biaya yang sangat besar, termasuk biaya konstruksi, keselamatan, dan pengelolaan limbah radioaktif. 

  • Dampak Lingkungan:

    PLTN menghasilkan limbah radioaktif yang memerlukan penyimpanan khusus dan aman dalam jangka waktu yang sangat lama. 

  • Keandalan:

    PLTN dapat menghasilkan energi listrik secara stabil dan andal (beban dasar) dalam skala besar, bahkan saat cuaca buruk. 

Energi Baru Terbarukan (EBT):

  • Biaya Operasional:

    Beberapa jenis EBT, seperti tenaga surya dan angin, memiliki biaya operasional yang sangat rendah setelah dibangun, karena sumber energinya gratis. Namun, biaya pemeliharaan dan ketersediaan sumber energi yang tidak selalu konstan (tergantung cuaca) perlu diperhitungkan. 

  • Biaya Awal (Investasi):

    Beberapa teknologi EBT, seperti panel surya dan turbin angin, memiliki biaya awal yang lebih rendah dibandingkan dengan PLTN. 

  • Dampak Lingkungan:

    EBT umumnya memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan PLTN, terutama dalam hal emisi gas rumah kaca. 

  • Keandalan:

    Beberapa jenis EBT, seperti tenaga surya dan angin, memiliki ketergantungan pada kondisi cuaca, sehingga tidak selalu dapat diandalkan untuk memasok energi secara konstan. 

Baca: 

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bagian dari Peta Jalan Energi Masa Depan RI
 

Meskipun biaya operasional PLTN mungkin lebih murah, biaya awal yang tinggi dan masalah limbah radioaktif menjadi pertimbangan penting.

EBT menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan, tetapi perlu diimbangi dengan teknologi penyimpanan energi untuk mengatasi masalah ketersediaan. Pilihan antara PLTN dan EBT perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk biaya, lingkungan, dan kebutuhan energi suatu negara atau wilayah. 

Listrik tenaga nuklir tidak termasuk dalam kategori Energi Baru Terbarukan (EBT). EBT merujuk pada sumber energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, seperti matahari, angin, air, dan panas bumi. 

Meskipun nuklir dapat menghasilkan energi yang besar dan minim emisi gas rumah kaca, bahan bakarnya (uranium) merupakan sumber daya terbatas yang tidak terbarukan. 

Berikut penjelasannya:

  • EBT (Energi Baru Terbarukan):

    Energi yang bersumber dari alam yang dapat diperbaharui, seperti matahari, angin, air, panas bumi, biomassa, dan bioenergi. 

  • Nuklir:

    Energi yang dihasilkan dari reaksi inti atom, khususnya uranium. Uranium adalah sumber daya terbatas yang ditambang dari bumi dan tidak dapat diperbaharui. 

  • Perdebatan:

    Meskipun nuklir tidak termasuk EBT, ada perdebatan mengenai pengkategoriannya dalam kebijakan energi, terutama karena potensi energi yang besar dan minimnya emisi gas rumah kaca. 

TAG#nuklir, #EBT, #BREN, #CUAN, #PTRO

200693908

KOMENTAR