Megawati dan Refleksi HUT ke-50 PDI Perjuangan

Hila Bame

Wednesday, 11-01-2023 | 13:27 pm

MDN

 

Oleh. : H. Adlan Daie
Pengurus Pesantren Al Mukminien Indramayu Jawa Barat

JAKARTA, INAKORAN

Puncak resepsi HUT (Hari Ulang Tahun) ke 50 PDi Perjuangan hari Selasa (10/1/2022) di JExpo Kemayoran Jakarta adalah panggung politik besar di awal tahun 2023 merefleksikan "keutuhan" persenyawaan politik antara Megawati Soekaeno puteri (selanjutnya ditulis "Megawati") dan PDI Perjuangan.


Artinya Megawati dan.PDI Perjuangan ibarat dua keping satu mata uang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Megawati personifikasi utuh dari perjuangan ideologi polilik PDI Perjuangan dan PDI Perjuangan adalah instrument politik senyawa dari pandangan ideologis  dan tindakan politik Megawati.


Pidato politik Megawati di panggung politik besar di atas di hadapan ribuan tiga pilar kader PDI Perjuangan ( pengurus, anggota legislatif dan kepala daerah dari kader PDI Perjuangan) hingga Presiden RI, Ir. Joko Widodo mengirim pesan "kejutan" politik.


Semula diduga publik hendak mengumumkan nama capres dari PDI Perjuangan justru menjadi ruang  refleksi kontemplatif Megawati tentang pentingnya kesadaran bersama menjaga komitmen kebangsaan dan taat konstitusi dalam mengawal arah perjalanan bangsa.


"Kita harus taat pada UUD 1945 dan berpedoman pada Pancasila. Kita telah sepakat semua. Susah payah lho kita menjaga negeri ini utuh. Makanya kalau sudah dua kali ya maaf dua kali", ujar Megawati dalam pidato HUT ke 50 PDI Perjuangan di atas. (detiknews 10/1/2022),


Penegasan Megawati di atas disampaikan di atas panggung politik besar PDI Perjuangan jelas sebuah  "tamparan politik" keras kepada sejumlah ketua umum partai, pimpinan lembaga negara, para menteri dan siapa pun yang selama ini begitu ringan mendengungkan "tiga periode, perpanjangan masa jabatan atau penundaan pemilu" baik dengan argument big data atau pemulihan ekonomi.


Dengan kata lain, sikap politik Megawati tegas dan terukur bahwa konstitusi bukan alat transaksi tukar tambah kepentingan yang bisa "di utak utak" secara pragmatis demi sharing politik kekuasaan sekalipun menguntungkan partai yang dipimpinnya, PDI Perjuangan.


Itulah "kado terindah" Megawati dalam refleksi HUT ke 50 PDI Perjuangan, partai yang dipimpinnya sejak masa sulit hingga  hari ini, sebuah sikap politik untuk mengirim pesan kepada para elite politik dan publik bahwa pilpres lebih dari sekedar kontestasi politik, tetapi lebih dari itu amanat konstitusi untuk menjamin hak hak politik warga negara secara periodik lima tahunan dalam mengawal arah perjalanan bangsa ke depan. 


Tentu diharapkan penegasan Megawati dalam pidato politik di atas segera mengakhiri kegaduhan wacana pro kontra yang timbul tenggelam di ruang publik tentang kepastian pemilu 2024.


Salam Pancasila
Merdeka !

 

KOMENTAR