Megenang Primitive Band di Yogyakarta

Hila Bame

Wednesday, 27-10-2021 | 11:14 am

MDN

 

Yogyakarta, INAKORAN

Kota Yogyakarta menyimpan sejumlah kisah perjalanan seniman musik yang lahir di kota itu. Sebagai Kota Pelajar, Yogyakarta menjadi tempat kuliah anak-anak muda terpelajar dan berbakat di bidang apa saja, tak terkecuali musik. Mereka datang dari pelbagai daerah di Indonesia.

 

Pada 1973, muncul di kota ini sebuah grup band, Primitive Band. Mereka muncul dan mengguncang panggung musik Yogyakarta saat itu.

 

Awal terbentuk Primitive Band, menurut pendirinya, Antonio Naryo Dashro atau biasa dipanggil Naryo, tak disengaja. Dia punya banyak teman yang suka berkumpul di rumahnya, di Jalan Kusuma Negara, No. 66 Yogyakrta.

 

Ada teman bermain sejak kecil dan satu kampung di Yogya. Dia juga punya teman-teman pelukis dan pematung. Tapi juga ada teman yang masih kuliah. Kebanyakan memang anak Yogyakarta.

Mas Naryo, Pendiri Band 
 

Di seberang jalan dari  rumah Naryo  ada Asrama Mahasiswa Irian, Kamasan. Penghuninya anak-anak Papua (dulu: Irian Jaya). Di sebelah rumah Naryo  terdapat gedung perpustakaan.

 

Di kompleks itu biasa digelar  kesenian tari tradisional dan gamelan. Di situ jaga ada kegiatan melukis batik. Dan, Naryo mengajar melukis batik di situ. Di lokasi inilah Naryo, Kelik, Tarjo, dan Anis sering bermain musik walau hanya dengan iringan gitar akustik, mirip folk song. Lama-kelamaan, mereka merasa keasyikan bermain musik

 

Lalu  mereka sepakat bikin latihan teratur, seminggu sekali latihan, di rumah Naryo.

 

Latihan memakai gitar-gitar biasa. Kalau sudah mendekati pentas, mereka sewa studio musik untuk latihan.  Kata Naryo, pada masa itu memang jarang orang punya alat musik. Tapi saat itu sudah ada persewaan alat musik dan tempat latihan.

Hengki Mawea, 
 

Suatu hari ada anak dari Asrama Mahasiswa Irian  yang datang ke rumah Naryo. Pas saat itu mereka tengah berlatih. Dia memperkenalkan diri dengan nama HengkyWamea dan bilang dari Irian serta sedang mendapat tugas belajar. Sejak itu Hengky bergabung dengan Primitive Band.

 

Formasi awal Primitive Band terdiri dari Antonio Naryo Dashro (bas, piano, flute), Kelik (lead guitar), Tarjo (drum), Anis (vokal), Yoki Endro (harmonika) dan Hengky Wamea (vokal, rhythm). Naryo dan Kelik sudah berteman sejak kecil di Yogyakarta.

 

Tarjo, lulusan seni rupa jurusan patung, sehingga Tarjo selalu membuat patung. Hengky personil yang paling terakhir bergabung.

 

 

Formasi ini pun sering berubah. Misalnya, pemain drum berganti dari Tarjo ke Harry Sostodoro, seorang pelukis, dan berkediaman di Jakarta. Kemudian, Harry diganti oleh Momies yang sudah punya grup band, tapi lebih suka bergabung dengan Primitive Band.

Naryo sungguh membangun suasana demokratis dan kebebasan. Yang utama adalah persaudaraan.

 

Mengapa memakai nama Primitive? Antonio Naryo bercerita, dulu, orang Yogyakarta dianggap ketinggalan. Orang Jakarta bilang orang Yogyakarta itu  orang udik. Lalu, kami beri nama grup ini Primitive Band.

 

Primitive Band lebih sering bawakan lagu band Barat dengan irama rock dan blues, seperti dari The Beatles, Rolling Stone, Jimmy Hendrik, Erick lapton, John Meyer. Kadang-kadang saja baru mereka mainkan lagu dari grup band Indonesia, seperti Rollies dan Bimbo.

Kebetulan personil Primitif cukup kenal baik personil The Rollies. Mereka belum membuat lagu sendiri.

 

Semula Primitive Band memenuhi undangan kelulusan anak-anak SMA, lalu diundang ke mana-mana. Naryo ingat, mereka selalu diundang tampil pada Acara Kesenian Cabang Merauke. Itu hampir setiap tahun.

Saat itu Pak Acub Zainal sebagai Gubernur Papua dan selalu menggelar Acara Kesenian Cabang Merauke itu di Yogyakarta.

 

Naryo dan kawan-kawan juga tampil di Kampus UGM. Mereka juga main  di Jambore Musik Rock Yogyakarta, Panggng Musik Rock. Selain di Kaliurang, Primitive Band juga main di Cilacap, Asrama Mahasiswa Papua di Salatiga; di Solo, dan Magetan di Jawa Timur.

“Kami pernah satu panggung dengan SAS dan Rollies di Yogyakarta, juga bersama grup band jaman itu yang ada di Yogyakarta. Naryo sendiri pernah  bermain bersama Los Irianthos di Yogyakarta.

 

Di atas panggung Hengky dan  Anis jadi vokalis yang digemari penonton. Hengky bernyanyi sambil pegang gitar rythm. “Saya akui, anak-anak Indonesia timur memiliki  power suara yang kuat. Kelebihan di suaranya,” kenang Naryo. Sebaliknya, Anis  kalau bawakan lagu-lagu Rolling Stone, dia seperti Mick Jegger.

Antonio Naryo tak menyangkal bahwa bandnya mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Yogyakarta saat itu. Primitive Band pun tak kekurangan tenaga. “Kalau ada personil seperti lead guitar kami (Kelik) berhalangan, saya panggil salah satu  anak AMI, cerita Naryo.

Antonio Naryo merupakan jebolan Akademi Musik  Indonesia (AMI) Yogyakarta, sebelum bertransormasi menjadi  Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dia mengambil Jurusan Musik Sekolah, dengan instrumen mayornya flute, dan komplementernya piano.

Di Akademi Musik Indonesia ini, teman satu tingkat adalah  Abdullah Yunus atau David Rumagesan, yang kelak pada 1976 bergabung dengan band legendari Black Brothers.

 

Primitive Band berdiri pada Agustus 1973, setahun sebelum band Iriantos lahir juga di Kota Yogyakarta (1974). Di Iriantos band ada Abdullah Yunus atau dikenal David Rumagesang.

Naryo dan David adalah teman satu tingkat di AMI Yogyakarta. Itulah mengapa, Naryo sering main bersama Iriantos. Dalam selang waktu yang berdekatan, Hengki juga memperkuat Iriantos, walaupun ia lebih banyak bermain bersama Primitive.

Saat itu, semangat persaudaraan amat kental di kalangan musisi Yogyakarta sehingga saling membantu itu sesuatu yang lumrah.

 

Mengapa bubar? “Sebenarnya kita vakum. Lalu saya (Naryo) dan Kelik diajak Harry ke Jakarta. Kami main di Lokasari. Saat itu Hengky dan yang lain masih tetap di Yogya. Hengky Wamea konsentrasi selesaikan tugas kuliah,” tutur Naryo.

Dia dan Kelik  main keliling hingga ke Palembang. Hengky, Armidodo, dan Yusuf mendapat kontrak main di Palu, Sulawesi Tengah. Itulah situasi dimana band ini kemudian redup.

Saat itu, muncul Los Irianthos Band di Yogyakarta, dengan personil anak-anak Papua. Beberapa diantaranya masih kuliah. Hengky didaulat sebagai vokalisnya. Usia Primitive Band hanya 8 tahun (dari 1973 – 1980).

Namun, itu delapan tahun yang penuh makna bagi mereka masing-masing. (Rika)

 

 

 

KOMENTAR