Membaca Ganjar VS Prabowo Dalam Survey Litbang Kompas
Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan
JAKARTA, INAKORAN
Dalam update survey "Litbang Kompas" (periode Agustus 2023) Ganjar unggul dari Prabowo dan Anies Baswedan dalam simulasi pilpres 2024 tiga capres. Ganjar 34,1%, Prabowo 31,3 % dan Anies Baswedan 19,2 %.
Tidak ada satu pun calon meraih "50% plus" untuk dinyatakan sebagai "Presiden terpilih" menurut ketentuan UUD 1945 pasal 6 a, ayat 3 sehingga pilpres berlangsung ke putaran kedua.
Dalam survey yang sama di mana Anies tidak masuk putaran kedua Prabowo menang di atas Ganjar dalam kontestasi bersifat "head to head" dua calon. Prabowo sebesar 52% dan Ganjar sebesar 47%, selisih 5%, dengan angka "margin off error" sebesar 2,6%.
Bagaimana kita membaca temuan survey "Litbang Kompas" di atas dan ruang kemungkinan apa yang dapat dilakukan Ganjar dalam peta jalan memenangkan kontestasi pilpres 2024 ?
Survey "opini publik" sebagaimana dilakukan "Litbang Kompas" di atas karakter sampling responden terpilih diasumsikan populasi pemilih 100%. Artinya jika pemilih yang telah menentukan pilihan pada Prabowo dalam survey banyak tidak datang ke TPS TPS pada hari H pencoblosan hasilnya akan berbeda secara signifikan.
Karakter survey "opini publik" pun selalu menyediakan potensi "undersided voters" (pemilih yang belum menentukan pilihan) dan "swing voters" (pemilih berpotensi berpindah pilihan karena issu dll) sehingga selisih 5% Ganjar dibawah Prabowo masih bersifat dinamis dan fluktuatif.
Dallam "deep analysis" atau pendalaman peta data survey "Litbang Kompas" di atas jelas pemilih Anies di putaran pertama mayoritas "bermigrasi" memilih Prabowo di putaran kedua meskipun Ganjar juga mendapatkan "limpahan" suara dari pemilih Anies di putaran kedua tetapi tidak signifikan.
Di sisi lain dalam temuan survey ini pula Prabowo mampu mengambil "ceruk" pemilih Jokowi (2019) hingga 37% dan Ganjar 63% sehingga secara akumulatif Prabowo unggul dari Ganjar secara "head to head" dalam kontestasi dua pasang calon (selisih 5%) dengan angka "margin off eror" sebesar 2,6%.
Dalam konteks inilah Ganjar tidak memadai lagi semata mata bersandar pada kekuatan rumpun pemilih "nasionalis" dan issu "keberlanjutan" Jokowi. Pasalnya Prabowo sebagai menteri dalam kabinet Jokowi saat ini memiliki ruang kemungkinan yang sama mengambil "ceruk" pemilih Jokowi dalam klaim klaim isu "keberlanjutan".
Artinya penguatan basis sosial santri baik "santri" dalam pengertian Dr. Zamakhsyari Dhafir, yakni masyarakat pesantren jaringan NU maupun "santri" dalam pengertian Prof Abdul munir Mulkhan, yakni "sosial islam perkotaan" penting dilakukan secara sistemtik dengan tawaran gagasan dan program yang "ramah" terhadap komunitas mereka.
Dengan kata lain "migrasi" pemilih Anies di putaran pertama ke Ganjar di putaran kedua meskipun tidak signifikan sebagamana potret survey "Litbang Kompas" di atas memberi harapan bahwa karakter pemilih Anies tidak selalu "asosiatif" full minded ke Prabowo.
Itulah ruang kemungkinan garapan "baru" Ganjar yang juga dibayangkan Said Abdullah, ketua DPP PDI Perjuangan tentang konektivitas pemilih Ganjar dan Anies (Cnn 22/8/2023) selain mau tidak mau harus melakukan penetrasi sekuat kuatnya ke basis basis sosial masyarakat pesantren NU dan mengawalnya hingga ke ruang ruang TPS.
Di titik inilah peluang Ganjar memerlukan energy "ekstra" dan peta jalan lebih rumit dalam memenangkan kontestasi pilpres 2024.
KOMENTAR