Menko Luhut Bertemu Direktur Pelaksana IMF dan Presiden Bank Dunia

Johanes

Sunday, 16-02-2020 | 09:55 am

MDN
Menko Maritim dan Investasi (Marves), Luhut B Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, Sumber foto: IMF

Washington D.C., Inako


Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dalam kunjungannya ke Amerika Serikat melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada hari Kamis (13/2/2020) dan Presiden Bank Dunia David Malpass pada hari Jumat (14/2/2020) waktu setempat.     
Dalam pertemuan dengan delegasi IMF, Menko Luhut yang didampingi Wamenlu Mahendra Siregar mendapat update terbaru tentang perkembangan ekonomi dunia dari Ms. Georgieva.

"Kejadian yang terjadi di Cina menjadi salah satu faktor yang membuat IMF mengoreksi pertumbuhan ekonomi globalnya. Ms.Georgieva juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang situasi global apa saja yang akan memengaruhi perekonomian," kata Menko Luhut setelah pertemuan tersebut.      

Sebaliknya, Menko Luhut juga memberikan perkembangan terbaru yang terjadi di Indonesia seperti berbagai aspek rencana pembangunan ibu kota baru, seperti skema keuangannya, desainnya, dll.      

"Saya jelaskan juga kepada Ms. Georgieva dan delegasi IMF tentang program hilirisasi industri yang sedang kita laksanakan serta dampaknya yang bisa menekan defisit transaksi berjalan, karena defisit neraca dagang terjadi disebabkan oleh nilai ekspor yang tidak mampu mengimbangi impor," katanya.      

Hal lain yang dibahas adalah Omnibus Law, yang prosesnya sekarang sudah berada di DPR. Menurut Menko Luhut, IMF menyambut gembira perkembangan ini karena diharapkan bisa memberi kontribusi pada perbaikan ekonomi Indonesia.      

"Kepada Ms. Geogieva, saya katakan pemerintah sudah melakukan sinkronisasi dan harmonisasi di 2.507 pasal dari 83 undang-undang. Semua diringkas menjadi 174 pasal di RUU Omnibus Law dan sudah di submit ke DPR, ia optimis  terhadap ini dan menanyakan kira-kira berapa lama prosesnya hingga bisa efektif dilaksanakan, Saya jawab seharusnya menurut peraturan yang ada bisa selesai dalam waktu 100 hari," jelas Menko Luhut.     

Ia juga menjelaskan kepada IMF beberapa langkah yang diambil pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan, seperti penerapan biodiesel. Ini diharapkan akan memberi efek positif karena mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM termasuk solar yang tinggi.     

"Minyak kelapa sawit bisa menjadi alternatif untuk mengurangi impor tersebut karena produksi kita melimpah. Saya sampaikan dengan penerapan biodiesel 20 persen (B20). Sehingga dengan adanya penerapan B30 pada Januari kemarin, maka impor BBM bisa berkurang dengan sangat signifikan. Diharapkan bisa mengurangi hingga 50 persen," katanya.      

Tentang dampak virus Corona terhadap Indonesia, ia menyampaikan yang sangat terasa dampaknya saat ini adalah sektor pariwisata karena jumlah wisatawan Cina yang datang ke Indonesia pertahunnya berjumlah sekitar dua juta wisatawan.      

"Tapi dampak baiknya, Indonesia bisa menampung wisatawan yang berencana melancong ke Cina. Tetapi yang kami, delegasi Indonesia dan IMF syukuri adalah hingga hari ini belum ditemukan kasus virus Corona di dalam negeri," kata Menko Luhut.     

Nihilnya kasus virus corona di Indonesia ini juga disyukuri oleh Presiden Bank Dunia David Malpass saat bertemu dengan Menko Luhut yang didampingi Menkominfo Johnny G. Plate  pada hari Jumat (14/2/2020) waktu setempat. Kepada Presiden Malpass Menko Luhut menyampaikan undangan untuk menghadiri Pacific World Economic Forum yang akan dilaksanakan bulan Juli mendatang.      

"Saya katakan bahwa karbon kredit adalah menjadi salah satu tema penting dalam WEF nanti. Indonesia sendiri punya potensi besar dengan luasan bakau 3,1 juta hektar, gambut seluas 7,5 juta hektar, masih ada juga potensi hutan, rumput laut serta karang," ujar Menko Luhut.      

Ajang WEF yang rencananya akan dilaksanakan di Bali ini formatnya jadi lebih besar, Indo-Pasific WEF akan dihadiri oleh 35 negara, 700 CEO dengan sekitar 1.100 peserta. 
"Presiden Malpass menyampaikan penghargaannya atas usaha Indonesia dalam mengelola sampah limbah padat. Saya katakan kepadanya bahwa kami masih butuh keterlibatan Bank Dunia untuk menjadi pemdamping, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam mengelola sampah tersebut," jelas Menko Luhut.      

Tidak berbeda dengan pertemuan di IMF, dengan delegasi Bank Dunia juga dibahas isu Omnibus Law dan perkembangan situasi ekonomi di Indonesia. Kedua pihak juga membahas dan berdiskusi tentang hilirisasi industri, terutama nikel.

KOMENTAR