Menteri Pariwisata Dengan Arif Telah Mengeksekusi Kehendak Publik NTT

Hila Bame

Saturday, 18-05-2019 | 16:14 pm

MDN
Petrus Selestinus S.H, Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) foto inakoran

 

Oleh: PETRUS SELESTINUS,KOORDINATOR TPDI & PENGAMAT SOSIAL BUDAYA NTT

Jakarta, Inako


Setelah Kementerian Pariwisata mendengarkan suara publik NTT untuk menarik Shana Fatina dari BOP Labuan Bajo alias menonaktifkan secara permanen dari bumi Labuan Bajo Flores, maka pihak Kementerian Pariwisata juga diharapkan sebelum menempatkan siapa sebagai pengganti Shana Fatina, sebaiknya juga mendengarkan terlebih dahulu suara dari publik NTT tentang siapa sosok yang tepat untuk menakhodai BOP Labuan Bajo, Flores.

Suara publik NTT perlu didengar karena itu adalah bentuk kepedulian dan partisipasi publik NTT terhadap persoalan cinta ranah air melalui Pariwisata NTT yang berciri kenusantaraan, keanekaragaman budaya lokal, lingkungan alam dan agama setempat sebagai unsur penting dalam Pariwisata NTT.

Kementerian Pariwisata harus membudayakan sebuah model pendistribusian pejabat publik terutama penempatam personil untuk jabatan-jabatan strategis tertentu di NTT atau kawasan manapun dengan mendengar terlebih dahulu suara publik masyarakat daerah ybs. terutama soal rekam jejak, tabiat, peri kehidupan sosial dan kesusilaan pejabat ybs. terutama menyangkut aspek "nilai dasar" khususnya nasionalisme (kecintaannya terhadap NKRI), kepatuhannya terhadap Pancasila dan toleransi (menghormati keanekaragaman budaya), etika publik dll. sebagaimana dimaksud dalam UU ASN.

Hal ini dimaksudkan agar Labuan Bajo ke depan tidak ada lagi Shana Fatina-Shana Fatina baru  yang muncul dan melakukan aktivitas Kepariwisataan tetapi berpotensi mengganggu kohesivitas masyarakat Labuan Bajo Flores dan kohesivitas BOP Labuan Bajo Flores dengan Kementerian Pariwisata, semata-mata karena ketidaksamaan persepsi dalam meletakan aspek sosial budaya, lingkungan alam sekitar dan agama masyarakat setempat.

Langkah tepat dan cepat Kementerian Pariwisata menjawab keinginan publik NTT terutama menolak program Wisata Halal diterapkan di Labuan Bajo Flores NTT dan menarik Shana Fatina dari BOP Labuan Bajo, harus menjadi model dalam menyelesaikan suatu persoalan, apalagi terkait dengan perilaku pejabat yang diduga memiliki agenda tersembunyi yang kelak dapat mengganggu tugas pemerintahan umum di daerah Labuan Bajo Flores, NTT.

Oleh karena itu dalam membangun visi besar Pariwisata Indonesia di Labuan Bajo Flores, sebagai daerah pariwisata super prioritas destinasi wisatawan dunia melalui BOP, maka putra putri NTT dengan latar belakang berbeda, dari beragam etnis, budaya dan adat istiadat perlu diberikan prioritas untuk mengambil bagian dalam memajukan Pariwisata Indonesai yang berbasis pada aspek sosial budaya, lingkungan alam (ekowisata), kearifan lokal, dan agama masyarakat setempat. Karena prinsip yang berlaku universal yaitu setiap tamu harus menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Ada pepatah yang berlaku universal yaitu "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung" artinya siapapun dia harus hormat pada budaya setempat.

 

KOMENTAR