Mutasi virus Corona muncul di Inggris, ditemukan di beberapa wilayah Indonesia? Ini Kata Pakar UGM

Hila Bame

Sunday, 27-12-2020 | 22:11 pm

MDN

 

Jakarta, INAKORAN

 

Masyarakat harus lebih waspada dalam menyikapi adanya mutasi virus Corona di Inggris. Namun, masyarakat juga tidak perlu menyikapinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

Mutasi virus Corona muncul di Inggris, diberitakan lebih menular. Sebelumnya  ditemukan juga di beberapa wilayah Indonesia.

BACA:  

Italia melaporkan 261 kematian akibat COVID-19 pada hari Sabtu

Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) dan tim pada September lalu telah mengidentifikasi Whole Genome Sequencing (WGS) empat isolat dari Yogyakarta dan Jawa Tengah (Jateng) dan telah dipublikasikan di GISAID. Tiga di antaranya disebut mengandung mutasi D614G.

BACA: 

307 kematian akibat COVID-19 di Brasil, Bolsonaro tidak khawatir dengan penundaan vaksin

Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr Gunadi, SpBA, PhD, mengatakan saat itu mutasi D614G pada virus SARS-CoV-2 yang mempunyai daya infeksius 10 kali lebih tinggi telah tersebar hampir di seluruh pelosok dunia, sebanyak 77,5 persen dari total 92.090 isolat mengandung mutasi D614G. Sementara di Indonesia sendiri sudah dilaporkan sebanyak 9 dari 24 isolat yang dipublikasi di GISAID mengandung mutasi D614G.

Data WGS SARS-CoV-2 dari Indonesia yang dipublikasi di GISAID menurut Gunadi masih sangat minim yaitu 24 full-genomes dibandingkan 92.090 full-genomes dari seluruh dunia. Padahal, data WGS sangat penting untuk mengetahui persebaran virus termasuk jenis mutasi (clade)-nya di masyarakat, hubungannya dengan derajat keparahan pasien COVID-19, pengembangan vaksin dan/atau terapi COVID-19 di masa yang akan datang.

"Dengan begitu data WGS dari isolat Indonesia merupakan suatu keharusan dan bentuk kemandirian jati diri bangsa Indonesia," kata Gunadi.

Selanjutnya Gunadi juga bicara soal Inggris yang mengidentifikasi varian baru virus Coronayang tampaknya menyebar lebih cepat, bahkan studi menunjukkan penyebarannya yang cepat mungkin akan menyebabkan pasien bertambah dan risiko kematian yang lebih tinggi.

Gunadi mengatakan, publik dikagetkan dengan adanya peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang signifikan di Inggris bulan Desember ini. Hasil analisis genomik virus Corona menunjukkan adanya sekelompok mutasi atau varian baru pada >50 persen kasus COVID-19 di Inggris.

"Varian ini dikenal dengan nama VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01), yang terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S (deletion 69-70, deletion 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H). Varian baru (501.V2) juga ditemukan secara signifikan pada kasus COVID-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S: K417N, E484K, N501Y," katanya melalui keterangan tertulis untuk wartawan, Sabtu (26/12).

Terkait sebaran mutasi virus tersebut, Gunadi menyebut sampai hari ini varian VUI 202012/01 telah ditemukan pada 1.2 persen virus pada database GISAID, di mana 99 persen varian tersebut dideteksi di Inggris. Selain di Inggris, varian ini telah ditemukan di Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Sedangkan di Asia baru ditemukan pada 3 kasus yaitu Singapura, Hong Kong dan Israel.

"Mutasi ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70 persen. Namun, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya/ganas. Demikian juga, mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada," ucapnya.

Gunadi menambahkan, bahwa masyarakat diminta untuk lebih waspada dalam menyikapi adanya mutasi tersebut. Namun, Gunadi berharap agar masyarakat tidak menyikapinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

"Masyarakat boleh waspada dengan adanya mutasi baru tersebut, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. Masyarakat tetap harus menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak/menghindari kerumunan)," tutup Gunadi.

 

TAG#COVID19

166101902

KOMENTAR