Pacu Sektor Industri Dan Kredit Ekspor Rendah Untuk Perkuat Nilai Tukar Rupiah
"Keunggulan komparatif sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia saatnya diperkuat kembali melalui peningkatan pasar ekspor untuk menopang nilai rupiah dan membuka peta jalan industri four point zero - 4.0"
Jakarta, Inako
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah termasuk mengatur impor barang dengan menaikkan pajak barang-barang yang bisa diproduksi dalam negeri.
Namun upaya itu saja tidak cukup maka perlu memperkuat ekspor lewat produk dalam negeri yang memang memiliki keunggulan komparatif misalnya sektor tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik makanan dan minuman dan bahan kimia.
Tujuan dari penguatan ekspor lima sektor industri tersebut tidak saja mengerek nilai rupiah namun juga mengaplikasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
Menurut Haris Munandar, Sekjen Kementrian Perindustrian, sektor berbasis sumber daya alam (SDA) memiliki potensi besar untuk ditingkatkan nilai ekspornya. Tingginya tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada industri berbasis sumber daya alam (SDA) harus dimaksimalkan, ujarnya Senin, (10/9/2018).
Usaha meningkatkan nilai ekspor pun dibarengi dengan pemberian insentif suku bunga kredit ekspor. Haris menjelaskan Kemenperin menargetkan penurunan suku bunga kredit ekspor hingga setengahnya
Pemberian insentif suku bunga kredit ekspor itu pun dilakukan agar pelaku industri mengajukan kredit di bank dalam negeri. Sejauh ini suku bunga kredit ekspor bank-bank di Indonesia relatif lebih tinggi dibanding bank luar.
“Kemarin kan masih sekitar 6 persenan. Ini kita dorong mungkin bisa 2,5% atau 3%. Jadi kan sangat membantu. Akhirnya sama dengan luar negeri,” ucap Haris di kantor Kemenperin.
Peningkatan nilai ekspor itu pun menjadi langkah pemerintah menyongsong revolusi industri keempat. Melalui Making Indonesia 4.0, industri dituntut untuk dapat bersaing di era ekonomi digital.
TAG#Kemenperin, #Kementerian Industri
188649834
KOMENTAR