Para Migran Sebut Libya Sebagai Neraka Bagi Manusia
Tripoli, Inako
Libya disebut sebagai negara yang paling tidak bersahabat bagi para migran. Hal itu diungkapkan Floren, seorang migran asal Kamerun yang sudah menghabiskan waktu lima tahun di negeri yang ia sebut sebagai neraka dunia itu.
Florent, merupakan satu dari sekian migran yang berhasil diselamatkan Ocean Viking di Teluk Libya, beberapa waktu lalu.
"Jika saya mati sekarang, saya akan mati tanpa penyesalan. Saya telah berhasil melarikan diri dari Libya. Itu adalah neraka. Tidak kurang dari neraka," ucap Florent, usai diselamatkan tim relawan kemanusiaan di Teluk Libya.
Ia tidak henti-hentinya mengucap syukur karena telah berhasil keluar dari negeri yang sebur sebagai neraka dunia itu.
Kepada petugas penyelamat, ia mengaku sudah berada di laut selama lebih dari 36 jam, sebelum diselamatkan tim relawan.
"Jika penjaga pantai Libya datang sekarang, saya akan menghancurkan kepala saya ke dinding itu, menggorok leher saya dan melompat ke air. Itu akan jauh lebih baik daripada kembali ke Libya," sambungnya, seperti dilansir Al Jazeera.
Selain Florent, migrain lain yang berhasil diselamatkan adalah Karim yang berasal dari Pantai Gading. Pemuda berusia 16 tahun itu memiliki impian bermain sepak bola di Eropa. Impian ini membuatnya melarikan diri dari rumah pada 2016 tanpa memberitahu orang tuanya.
Karim mengatakan, selama bekerja di Libya dia mengalami banyak penyiksaan, mulai dari ditusuk, hingga ditembak. "Kalian lihat ini," katanya, menunjuk ke bahunya, "Ini adalah di mana seorang Libya menusukku, ketika aku meminta uang untuk pekerjaan yang aku lakukan untuknya," ucapnya.
Dia kemudian menunjuk ke kaki kanannya dan mengatakan dia tertembak saat menunggu pekerjaan di Tripoli. "Ada pelanggaran hukum di sana. Semua orang memiliki senjata dan pisau. Tidak ada hak bagi orang kulit hitam, bahkan seseorang yang telah ditusuk atau ditembak," ungkapnya.
Libya adalah pintu gerbang utama bagi para migran Afrika yang berharap untuk mencapai Eropa. Menurut PBB, ada lebih dari 40 ribu pengungsi dan migran di Libya. Orang-orang ini tiba di Libya usai melarikan diri dari kemiskinan, konflik, perang, kerja paksa, pemerintah yang korup dan ancaman pribadi. Hanya keinginan kuat untuk bisa mendapat kehidupan yang lebih baik yang membuat mereka bisa terus bertahan hidup.
Beberapa migran tiba ke Libya karena memang itu tujuan mereka, yang lain tiba dengan paksaan. Bagi sebagian orang, Libya adalah negara tujuan dan bukan transit. Janji mata pencaharian memaksa mereka melalui perjalanan yang melelahkan dari rumah, tidak menyadari apa yang menanti mereka dalam perjalanan dan juga ketika mereka menjejakkan kaki di Libya.
Sebuah laporan PBB yang dirilis pada tahun 2018 menyoroti bahwa para migran menjadi sasaran kengerian yang tak terbayangkan sejak mereka memasuki Libya, selama mereka tinggal dan dalam upaya mereka untuk menyeberangi Mediterania, jika mereka sampai sejauh itu.
Sekitar 4.500 orang saat ini ditahan di pusat penahanan "resmi" di seluruh Libya. Ribuan lainnya ditahan di "penjara" yang dikelola oleh kelompok-kelompok bersenjata. Kedua tipe ini dalam kondisi penuh sesak dengan kondisi yang tidak higienis dan tidak manusiawi, dengan pelecehan dan kekerasan merajalela. Ada kekurangan makanan dan air minum, tetapi ada banyak siksaan dan kerja paksa.
TAG#migran, #libya, #neraka dunia
182238388
KOMENTAR