Para Pemimpin Bangsa Ini Mesti Meneladani Gus Dur Soal Etika Berdemokrasi

Saverianus S. Suhardi

Sunday, 17-12-2023 | 02:54 am

MDN
Inaya Wahid [Foto: tangkapan layar]

 

Jakarta, Inakoran.com

Apa kontribusi Gus Dur terhadap demokrasi di Indonesia?

Pertanyaan ini dilontarkan oleh Ketua panitia Haul ke-14 Gus Dur yang juga adalah putri bungsu presiden keempat RI itu, Inaya Wulandri Wahid.

BACA JUGA: Canda Mbak Inaya: Saya Nggak Kasih Gimmick, Karena Saya Bukan Capres, Meskipun Saya Gemoy

Salah satu ‘kegagalan’ Gus Dur dalam karier politiknya adalah mempertahankan kekuasaan.

“Gus Dur gagal mempertahankan kekuasaan. Pada 23 Juli 2001, Gus Dur tidak lagi berada di istana,” ujar Inaya dalam sambutannya pada Sabtu (16/12/2023).

Seorang pemimpin yang demokratis, kata Inaya, terlihat dari langkah-langkah yang ia ambil ketika pada situasi tertentu, ia dihadapkan hanya pada dua pilihan: mempertahankan kekuasaan atau meninggalkannya jika itu demi kemaslahatan bangsa.

“Gus Dur memilih mundur dari kekuasaan demi kemaslahatan demokrasi dan orang-orang yang ia bela,” terangnya.

Seandainya saat itu Gus Dur mau mempertahankan kekuasaannya, ia bisa saja mengerahkan aparat kekuasaan.

Apalagi yang dihadapi Gus Dur kala itu bukanlah rakyat, melainkan elite-elite yang haus kekuasaan.

“Semua perangkat kekuasaan ada di tangan kekuasaan Gus Dur. Dia mudah melanjutkan kekuasaan karena saat itu Gus Dur tidak sedang berhadapan dengan masyarakat. Gus dur berhadapan dengan para elit yang sedang berlomba-lomba mendapatkan kekuasaan,” jelasnya.

BACA JUGA: Diminta Perhatikan Guru Madrasah, Mahfud MD: Akan Kami Tunaikan Bila Diberi Amanah

Inaya menambahkan, selama menjabat sebagai presiden, kekuasaan yang dimiliki Gus Dur dipakai untuk membela orang-orang yang tidak punya kekuasaan. Dia membela rakyat. Bagi Gus Dur, membela rakyat adalah membela kemanusiaannya.

Di alam demokrasi, Gus Dur membangun budaya etika. Manusia memiliki harkat dan martabat. Mengabaikan etika berarti mengabaikan kemanusiaan.

“Kalau hari ini ada calon pemimpin yang ditanyai soal etik etika lalu kemudian dia menjawab dengan 'ndasmu etik', bagaimana kita tahu ia meletakkan harkat dan martabat bangsanya? Karena etika adalah soal menjaga harkat dan martabat bangsa ini,” tutup Inaya.

 

KOMENTAR