Partai Golkar, PDIP, PKB, Gerindra, Dalam Proyek Pileg 2024 di Indramayu

Hila Bame

Monday, 08-05-2023 | 10:26 am

MDN

 

 

Oleh :  H. Adlan Daie.
Pemerhati politik dan sosial keagamaan

JAKARTA, INAKORAN

Bagaimana kita membaca peluang partai Golkar, PKB, PDIP dan Gerindra dalam.proyeksi pemilu legislatif (Pileg) 2024 di kab Indramayu?


Tulisan singkat ini mencoba menjawab pertanyaan di atas dengan menggambarkan "anatomi" kekinian keempat partai tersebut dan di bagian akhir tulisan sedikit analisis tentang relasi kontribusi elektoral partai terhadap caleg dan atau sebaliknya  dalam konstruksi sistem proporsional "terbuka" untuk  proyeksi pemenangan dalam pileg 2024 di Indramayu.


Partai Golkar Indramayu jelas tidak mudah lagi menghadapi pileg 2024. Pergeseran rejim politik dari partai Golkar ke rejim PDIP dibawah bupati Nina Agustina menjadi "variabel faktor" yang problematik. Orkestrasi politik partai Golkar sulit didesain ulang secara TSM (terstruktur, sistemik dan massif) untuk mempertahankan dominasi politiknya secara "mutlak" di Indramayu pada pileg 2024. 


Akan tetapi tidak serta merta mudah pula menggeser dominasi politik partai Golkar Indramayu hanya semata mata dibaca dari pergeseran rejim politik di atas. 


Infra struktur sosial, ketrampilan politik, kepiawaian memainkan isu isu politik secara taktis, daya tumpu sumber logistik dan "kemapanan" ekosistem politik partai Golkar relatif masih  "di atas rata rata" partai partai politik lain. 


Inilah yang disebut Williem Lidle keunggulan "teknokrasi politik" partai Golkar hingga selalu mampu bertahan di tengah "turbulensi" dan goncangan politik sekeras dan sedahsyat apapun. 


PDIP secara teoritis berpeluang menaikkan trend elektoral dan raihan jumlah kursi DPRD di Indramayu mengikuti trend positif elektoral PDIP di level nasional yang dilansir sejumlah lembaga survey selain "faktor" kehadiran Nina Agustina kader PDIP dalam posisi jabatan politik sebagai bupati Indramayu.


Faktor Nina bersifat "ambivalen". Artinya Nina bisa menjadi faktor "insentif" elektoral bagi PDIP jika piawai dan trampil mendesain kebijakan yang "frendly" dan bersahabat di ruang publik .


Sebaliknya "faktor" Nina justru bisa menjadi faktor "defisit" secara elektoral bagi PDIP jika tampilan politik nya hanya membombardir ruang publik menjadi "pengab" ditindih gambar fotho dirinya secara "overload" dan intimidatif dalam suasana kebatinan publik.  


PKB adalah partai  "segmentatif" dari sisi demografis ,yakni partai yang sengaja  didirikan dari dan bertumpu pada basis kekuatan sosia ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU). 


DI indramayu kategori sosial "simpatisan" NU sebesar 26% menurut data survey "indekstart" tahun 2020,  terhimpun dalam simpul simpul komunitas sosial pesantren jaringan NU, sekolah NU, madrasah, majelis taklim, aktivis remaja masjid di rumpun pedesaan, jaringan penyuluh agama, biro jasa bimbingan haji dan lain lain.


Artinya "lapak elektoral" PKB masih sangat luas untuk dieksplore menjadi basis kekuatan elektoral PKB. Capaian PKB pada pemilu 2019 sebesar 11% (7 kursi) masih dibawah kekuatan basis sosialnya sebesar 26% di atas. 


karena itu, PKB tidak perlu ' menyeberang" jauh jauh ke basis sosial lain untuk meraih target pemenengan pileg 2024 di Indramayu. Lebih mudah mengeksplore "keunggulan" basis sosial  sendiri  sebagai daya tumpu "utama" elektoral PKB kecuali hendak melakukan "ekspremen politik" di luar basis sosialnya dengan resiko "alot", ongkos mahal dan minimalis out putnya secara elektoral. 


Partai Gerindra  secara elektoral lebih dominan mendapatkan suara "tadah hujan" atau dalam teori riset survey politik disebut "berkah" elektoral dari effect "ekor jas" kekuatan branding ketokohan Prabowo ketua umum sekaligus "icon" tunggal partai Gerindra dibanding out put kerja mesin partai secara "lokal". 


Fenomena politik partai Gerindra saat ini relatif seperti dulu dialami pernah partai Demokrat pada pemilu 2009 dengan "icon" magnitik SBY.


Kekuatan branding ketokohan Prabowo di atas harus diimbangi dengan kerja kerja mesin partai secara terstruktur, sistemik dan massif di tingkat "lokal" untuk memungkinkan partai ini berpeluang meraih kenaikan elektoral dan raihan kursi DPRD dibanding raihan yang dicapainya pada pemilu 2019.


Demikianlah paparan singkat tentang "anatomi" politik partai Golkar, PKB, PDIP dan Gerindra di atas dalam konteks proyeksi pileg  2024 di Indramayu. 


Pileg jelas berbeda dan bukan kontestasi "pilkades", pilkada dan pilpres - yang dominan bertumpu pada pesona figur personal secara "otonom". 


Pileg adalah kontestasi partai politik betapa pun pileg menggunakan sistem "terbuka". Faktor pemenangan tetaplah pada kekuatan dominan mesin partai dalam menghidupkan basis sosial elektoral dan pilihan isu isu "bermagnit" turunannya. Kompetisi caleg didalamnya "hanya" salah satu variabel dari banyak variabel lain dalam grand pemenangan partai.


Riset data lembaga "Indikator Politik" atas hasil pemilu 2009 dan 2014 dengan 44 sampel dapil di Indonesia menggambarkan fakta elektoral bahwa kontribusi elektoral partai terhadap caleg sebesar 70% berbanding terbalik di mana proporsi kontribusi caleg terhadap elektoral partai hanya 30%.


Temuan riset data di atas "diperkuat" empat kali hasil survey "litbang kompas" (periode 2021-2022) bahwa "motiv" pemilih dalam menentukan pilihan politiknya dalam kontestasi pileg 70% karena "kesukaan" terhadap partai berbanding 30%
 karena motiv "kesukaan" terhadap caleg yang diusung partai.


Karena itu memproyeksikan target pemenangan partai semata mata diletakkan pada kekuatan kompetisi dan "gizi" caleg secara internal tanpa intervensi dan penetrasi penguatan branding elektoral partai secara integral maka sebuah partai potensial akan mengalami kegagalan memenuhi target politik yang dicanangkan. 


Kehebatan caleg tetap dibawah "kepak sayap" partai pengusungnya. Makin kuat elektoral partai makin mudah caleg caleg yang diusung di dalamnya "mengambil" manfaat dari elektoral partai.


Lalu bagaimana peluang partai partai "medioker" (partai claster bawah dalam konteks raihan kursi DPRD Indramayu) seperti PKS, Demokrat, Nasdem, Perindo dan lain lain - tunggu dalam episode tulisan berikutnya. 

 

 

TAG#ADLAN

161678085

KOMENTAR