Pemuda Lintas Agama Tanam 500 Pohon Perdamaian di Ambon

Ambon, Inako -

Sebanyak 120 pemuda lintas agama dari seluruh provinsi di Indonesia menanam 500 anakan pohon perdamaian di lokasi objek wisata Pantai Liang, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Minggu (28/1/2018)

Para pemuda lintas agama tersebut berkumpul di Kota Ambon untuk mengikuti National Interfaith Youth Camp (IYC) atau Perkemahan Pemuda Lintas Agama, yang berlangsung 25 - 30 Januari 2018, yang digagas ARMC Kota Ambon.

Menurut Direktur Ambon Reconciliation and Mediation Center (ARMC), Abidin Wakano, pohon yang mereka tanam akan menjadi simbol perdamaian dan persaudaraan bagi generasi muda di seluruh tanah air.

"500 anakan pohon yang ditanam di lokasi objek wisata serta di Negeri Liang ini menjadi simbol kesepakatan para pemuda lintas agama dari berbagai provinsi untuk membangun dan menjalin perdamaian sejati di tanah air," katanya.

Ratusan pohon yang ditanam tersebut dibagi beberapa jenis diantaranya yang spesisnya terancam punah, pohon untuk kebutuhan pelestarian lingkungan serta pohon untuk kebutuhan produktif (ekonomis) terutama aneka buah-buahan.

"Diharapkan ratusan pohon perdamaian yang ditanam para pemuda ini tumbuh subuh dan di masa mendatang berdampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar lokasi objek wisata pantai Liang yang telah terkenal di tanah air maupun mancanegara, karena kejernihan air laut tiga warnanya," ujarnya

Lembaga yang berdiri sejak tahun 2012 itu, merupakan lembaga perdamaian yang berada di bawah naungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Sejak berdiri, ARMC telah berkali-kali melakukan advokasi perdamaian di kalangan masyarakat akar rumput.

Selain menanam pohon, kegiatan perkemahan itu juga diisi dengan kegiatan lain seperti sharing dan refleksi, outbond, kunjungan ke SMPN 9 Ambon dan SMPN 4 Salahutu yang telah dikukuhkan sebagai sekolah "Pela" atau memiliki pertalian persaudaraan walaupun para siswanya berasal dari dua komunitas berbeda.

Tujuan IYC 2018 adalah untuk memperkuat jaringan pemuda lintas agama di tengah-tengah maraknya polarisasi isu-isu politik identitas dan fenomena kekerasan mengatasnamakan agama yang menyebabkan disharmonisasi kalangan muda.