Pengamat Ekonomi Sumut: Tekan Impor, Agar Rupiah Tidak Terus Melemah

Binsar

Thursday, 06-09-2018 | 14:48 pm

MDN
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo [ist]

"Pemerintah dapat menekan impor agar rupiah tidak terus mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat"

 

Medan, Inako –

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengatakan, salah satu cara yang perlu dilakukan pemerintah untuk menahan laju pelemahan rupaih adalah dengan menekan impor.

Kebijakan pemerintah yang mengimpor beras dan barang untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur yang gencar dilaksanakan memiliki peran juga mendorong pelemahan Rupiah sehingga harus ditekan, " katanya, di Medan, Rabu.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara itu menambahkan, selain menekan impor, pemerintah harus mengawasi peningkatan pembelian dolar AS. Permintaan dolar AS yang terus meningkat akan menyebabkan Rupiah semakin melemah.

"Kekhawatiran terjadi kondisi seperti tahun 1998 harus diantisipasi,"katanya.

Wahyu menyebutkan, kondisi saat ini sangat berbeda dari tahun 1998, karena secara fundamental ekonomi Indonesia masih baik sehingga kalau ditangani secara baik, krisis itu bisa diatasi.

"Pemerintah diminta menindak tegas spekulan dolar AS.Harus ada efek jera agar  spekulan lain  takut melakukan hal yang sama,"ujar Wahyu.

Kalau diperlukan, katanya, juga dibuat ajakan agar pejabat dan orang kaya yang memiliki dolar AS rela menjual dollar-nya sebagai bukti bahwa menolong negara.

"Perlu aksi seperti di Malaysia. Masyarakat diimbau membantu keuangan negara yang dimulai dari para pejabat dan orang kaya yang memiliki dollar AS untuk menjual dollarnya,"katanya.

Langkah pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan seperti "tax holiday" atau "tax allowance karena memproduksi bahan penolong atau bahan baku industri, atau barang modal sebagai substitusi impor juga harus dilakukan  agar tidak terjadi lagi ketergantungan impor.

Dia, mengakui, nilai tukar dolar AS yang menguat  menjadi Rp15.000  disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

Secara eksternal memang faktor pertumbuhan ekonomi AS yang tumbuh hingga 4,2 persen pada kuartal II 2018 menunjukkan capaian yang sangat tinggi sehingga The Fed akan kembali menaikkan suku bunga.

Isu itu menyebabkan aliran kapital akan masuk ke AS karena bunga yang tinggi di samping dolar AS  merupakan mata uang yang paling stabil.

"Dampaknya ke negara lain termasuk Indonesia dimana mata uang mengalami pelemahan karena cadangan devisa  yang berkurang,"katanya.

Dari faktor internal, menguatnya dolar AS atas Rupiah membuat sebagian masyarakat mengambil kesempatan mencari keuntungan.

KOMENTAR