Pengamat: Pembajakan Konstitusi Mengkhianati Demokrasi
Jakarta, Inako
Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP), Neni Nurhayati, menyoroti gerakan intelektual muda dalam acara Sumpah Pemuda 2.0 sebagai momentum penting untuk membangun demokrasi di Indonesia. Menurutnya, keberanian dan kritisisme anak muda saat ini memberikan kehidupan baru pada demokrasi yang terasa semakin rapuh.
"Dalam suasana di mana komunikasi pemimpin dan rakyat bersifat monolog, gerakan anak muda ini menjadi cahaya harapan untuk membangun demokrasi yang lebih sehat," ujar Neni dalam rilisnya, Kamis (23/11/2023).
BACA JUGA: Bawaslu Didesak Bertindak Tegas pada Pelanggaran Dukungan Prabowo-Gibran
"Dalam suasana di mana komunikasi pemimpin dan rakyat bersifat monolog, gerakan anak muda ini menjadi cahaya harapan untuk membangun demokrasi yang lebih sehat," ujar Neni dalam percakapannya pada tanggal 23 November.
Neni menekankan pentingnya langkah ini sebagai upaya menciptakan keadilan dan kesetaraan. "Anak-anak muda sangat peka terhadap kondisi dan masalah bangsa, dan langkah ini merupakan kontribusi positif untuk memperbaiki keadaan," tegasnya.
Dalam sebuah survei yang melibatkan 1500 responden oleh DEEP Indonesia, 86% dari mereka menyatakan keterlibatan politik dengan berbagai cara, termasuk kesiapan untuk memberikan suara pada 14 Februari 2024. Meskipun demikian, anak muda menyadari bahwa ruang partisipasi mereka masih belum optimal.
BACA JUGA: Revolusi Mental Harus Ciptakan Kader Militan Menuju Indonesia Emas 2045
"Para aktor politik baru hanya sebatas mengkapitalisasi anak-anak muda tanpa mendengarkan suara mereka secara serius," ungkap Neni. Anak muda juga merasa perlu berhati-hati dalam menyuarakan pendapat dan tindakan mereka, terutama mengingat ancaman serius terhadap kebebasan berpendapat yang dihadapi, seperti kriminalisasi UU ITE.
Neni menyoroti kasus intimidasi yang dialami keluarga Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, sebagai contoh nyata dari potensi represi negara terhadap masyarakat sipil. Dalam konteks ini, gerakan Sumpah Pemuda 2.0 di Gedung Joang '45, Jakarta, yang melibatkan sejumlah Ketua BEM terkemuka, menandai upaya bersama untuk melawan upaya mematikan demokrasi di Indonesia.
BACA JUGA: Kelompok Advokad Perekat Nusantara dan TPDI Laporkan Anwar Usman ke MKMK
Melki Sedek Huang menegaskan bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) baru-baru ini tidak memberikan arti positif bagi generasi muda, bahkan dinilainya sebagai ancaman terhadap masa depan republik. Sebagai bagian dari gerakan ini, mereka berkomitmen untuk mempertahankan demokrasi dan menentang segala bentuk pelanggaran etika yang merusaknya.
KOMENTAR