Perang Dagang Masih Hantui Rupiah dan Pasar Saham

Sifi Masdi

Friday, 24-05-2019 | 17:21 pm

MDN
Rupiah vs Dolar AS [ist]

Jakarta, Inako

Pasar keuangan Indonesia menampilkan performa yang impresif pada perdagangan kemarin. Kala indeks saham dan mata uang Asia ramai-ramai melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah justru menguat. 

Kemarin, IHSG ditutup dengan kenaikan signifikan yaitu 1,57%. IHSG menjadi satu-satunya indeks saham utama di Asia yang mampu menguat. 

Sementara nilai tukar rupiah menguat 0,45% di hadapan dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah berhasil menjadi yang terbaik di Benua Kuning. 

Faktor eksternal memang tidak bersahabat bagi pasar keuangan Asia. Sejatinya dolar AS sedang menjadi primadona pasar karena perkembangan perang dagang AS-China. 

AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi. 

"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters. 

Jika AS benar-benar menerapkan bea masuk baru, maka kemungkinan besar China akan membalas. Api perang dagang bakal semakin besar dan membakar perekonomian dunia. 

Perang dagang juga sudah merambat ke level korporasi. Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) ke daftar hitam meski kemudian diberi kelonggaran hingga Agustus. 

Mengutip Reuters, AS mulai mengajak negara-negara lain untuk ikut mengucilkan Huawei. Seorang sumber di Kementerian Perdagangan AS mengungkapkan, Washington mengajak Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk-produk Huawei. 

Harian Chosun Ilbo memberitakan, pemerintah AS beberapa kali mengirim kawat diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk Huawei. Sebab, barang itu berpotensi membahayakan keamanan. 

"AS menggarisbawahi pentingnya faktor keamanan dalam perangkat 5G. Kami menyadari penuh posisi AS tersebut," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan. 

Hawa perang dagang AS-China yang memanas membuat risk appetite investor pudar. Bermain aman menjadi pilihan utama sehingga dolar AS kebanjiran permintaan. 

Namun IHSG dan rupiah berhasil mengarungi gelombang keperkasaan dolar AS karena sokongan sentimen domestik. Beban pasar keuangan Indonesia terangkat karena situasi dalam negeri yang telah kondusif.  

Investor sempat khawatir akibat gelombang demonstrasi usai pengumuman hasil Pemilu 2019. Pada 21 Mei, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemimpin Indonesia untuk 2019-2024. Keputusan itu ditolak oleh pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. 

Gelombang demonstrasi menolak hasil perhitungan suara KPU melanda ibu kota. Bahkan aksi tersebut berujung ricuh di sejumlah titik. Gangguan keamanan ini membuat investor, terutama asing, tentu merasa tidak nyaman. Arus modal keluar membuat pasar keuangan Indonesia tertekan.

Namun kemarin situasi sudah kondusif. Tidak ada lagi aksi demonstrasi yang bisa menyebabkan keributan. Sudah adem ayem. Arus modal pun kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia sehingga IHSG dan rupiah mampu perkasa. 

 

 

KOMENTAR