Perspektif Historis Elektoral Partai Golkar Indramayu

Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan
JAKARTA, INAKORAN
Sejumlah kawan dalam diskusi diskusi "limited group" secara terbatas bersama penulis acapkali terlalu sederhana membaca gestur kekuatan elektoral politik partai Golkar Indramayu.
Partai Golkar Indramayu seolah olah hanya dan sepenuhnya bersandar pada kekuatan rejim politik yang dikuasainya selama 20 tahun terakhir hingga berkesimpulan melompat partai Golkar Indramayu akan "anjlok" tajam pada pemilu 2024 saat rejim kekuasaan politik lepas dari tangan partai Golkar.
Dalam pemilu pertama di era reformasi tahun 1999 saat partai Golkar menjadi "common enemy", yakni musuh bersama gerakan reformasi hingga memasang atribut pun dihantui rasa takut dan di prediksi "anjlok" hanya akan menyisakan 5 kursi DPRD dibawah PKB dan PAN, dua partai reformis berbasis ormas islam, ternyata partai Golkar Indramayu masih meraih 10 kursi DPRD.
Perolehan partai Golkar Indramayu pada pemilu 1999 di atas dalam konstruksi berbasis daerah pemilihan (dapil) dan "hilangnya" jatah kursi DPRD dari unsur TNI/ Polri dengan tambahan lima.kursi sehingga jumlah kursi DPRD yang diperebutkan 50 kursi DPRD maka konversi raihan suara partai Golkar Indramayu dari 10 kursi pada pemilu 1999 sama dengan 15 kursi DPRD dalam sistem dapil hari ini.
Dalam pemilu tahun 2014 saat partai Golkar Indramayu di puncak kekuatan rejim politiknya justru mengalami penurunan lima kursi DPRD dari 24 kursi (2009) menjadi 19 kursi pada pemilu 2014. Artinya betapa pun rejim politik sedang kuat kuatnya dikuasai partai Golkar tetap tidak kedap atas potensi penurunan elektoral.
Naiknya raihan kursi DPRD partai Golkar pada pemilu 2019 dari 19 kursi DPRD menjadi 22 kursi DPRD secara elektoral tidak naik signifikan kecuali diuntungkan perubahan sistem konversi suara ke kursi dari sistem BPP (bilangan pembagi pemilih) ke sistem "sainte leage", sistem pembagi tetap (1,3,5,7).
Perspektif historis elektoral partai Golkar Indramayu di atas hendak menggarisbawahi bahwa betapa pun faktor "rejim politik" sangat penting bagi kemenangan mutlak partai Golkar Indramayu selama ini tetapi variabel variabel lain dari kekuatan partai Golkar Indramayu dan basis basis tradisionalnya relatif kuat untuk menyangga "lepasnya" rejim politik dari partai Golkar Indramayu.
Variabel variabel dari kekuatan partai Golkar Indramayu antara lain tingkat "awarenes" atau tingkat kesadaran pengenalan publik Indramayu terhadap partai Golkar sebesar 92% jauh di atas partai lain. Inilah modal sosial besar partai Golkar hingga membentuk komunitas sosial pemilih sangat kuat di level pedesaan.
Akan tetapi gestur pemilih partai Golkar menurut riset litbang "kompas" (2022) potensial bermigrasi (berpindah pilihan) dan karakter pemilihnya rata rata sebesar 34% "lambat" memutuskan memilih partai Golkar dan baru memutuskan jelang 1 bulan hari H pencoblosan.
Karena itu meskipun sistem pemilu bersifat "terbuka" desain pemenangan partai Golkar harus tetap diletakkan pada kerja mesin partai secara TSM (terstruktur, sistemik dan massif) dengan pilihan isu isu magnitik di ruang publik dan meletakkan kompetisi caleg di dalam nya dalam proyeksi sebaran elektoral partai.
Kerja politik berbasis survey profesional hingga level kecamatan penting dilakukan partai Golkar Indramayu selain untuk mendeteksi potensi migrasi pemilih akibat perubahan rejim di Indramayu dan effect dahsyatnya partai Gerindra secara nasional (kini 18%) ke level Indramayu - juga dalam.rangka memproteksi basis basis tradisional partai Golkar dengan proyeksi target terukur.
Penulis tentu sangat percaya pimpinan dan kader kader partai Golkar Indramayu memiliki ketrampilan dan intelektual politik memadai untuk mendesain kerja teknokrasi politik sesuai tantangan jamannya dalam mempertahankan dominasi politiknya pada pemilu 2024. Setiap jaman memiliki tantanganya sendiri tidak dapat diperlakukan secara stagnan dengan irama kerja politik masa lalu.
Kemenangan partai Golkar Indramayu dalam pemilu 2024 sangat berarti bagi partai Golkar untuk "balik maning" merebut pilkada 2024. Pilihan oposisi poltik bukan pilihan sejarah partai Golkar.
TAG#ADLAN
196805072
KOMENTAR