Pilkada Indramayu 2024 Dengan Atau Tanpa Lucky Hakim?

Hila Bame

Wednesday, 08-05-2024 | 18:58 pm

MDN
Adlan Daie

 

 

Oleh. : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan

JAKARTA, INAKORAN

Media "Fokus Pantura' (4/5/2024) menurunkan berita politik "ngeri ngeri sedap" berjudul "Lucky Hakim Potensial Batal Nyabup di Indramayu" dengan kemungkinan skenario politik turunannya, pergeseran peta politik elektoral dan pilihan konstruksi koalisi politiknya.

 

BACA:  

Kantor DPD PDI Perjuangan Tidak Pajang Foto Jokowi, Hasto: Respons Karena Presiden Tidak Setia pada Konstitusi dan UU

 

Faktor Lucky Hakim suka atau benci memang tidak dapat diabaikan dalam dinamika pilkada Indramayu 2024. Ia adalah fenomena apa yang disebut dalam teori politik rezim elektoral dengan istilah "populisme elektoral", memiliki tingkat "kesukaan" publik sangat tinggi.

Dalam riset perilaku pemilih terkait pilkada motiv "kesukaan" terhadap "calon" adalah faktor paling dominan yang menggerakkan pilihan publik (60%) dibanding motiv "ketokohan", "money politics"(8%) tekanan birokratis (4%) dan relasi partai partai pengusung (27% -30%).

Faktor "kesukaan" atau istilah lain "populisme" elektoral inilah Lucky Hakim sulit "dimatikan" dengan cara "kasar" misalnya diturunkan "paksa" balihonya, "dikunci" dari pergaulan birokrasi atau cara cara "premanisasi" politik. Makin "ditendang" dari kursi wakil bupati makin ia nikmati pantulan elektoralnya.

Dalam konteks inilah upaya "penjegalan" (ini istilah media "fokus Pantura") Lucky Hakim dari arena pilkada Indramayu 2024 dapat dibaca bagian dari strategi"rival rival" politiknya dalam rute jalan pemenangan kontestasi pilkada 2024, sebuah kemungkinan layak dicermati dalam dinamika proses politik ke depan

Tanpa Lucky Hakim pilkada Indramayu 2024 dalam teori A.E Priyono, seorang ilmuan politik tentang  "blocking democtratic politics" , skenario pilkada bisa dikonstruksi dalam tiga poros, yakni poros partai Golkar, poros PDIP dan poros PKB dengan masing masing pilihan mitra koalisinya.

Poros PDIP menampilkan Nina Agustina, poros partai Golkar satu dari lima calon (H. Daniel, H. Syaefudin, H. Bambang Hermanto, Hilal Himawan dan Yudi Rustomo) dan poros PKB "tanpa Lucky Hakim" bisa muncul nama H.Rasta Wiguna, H. Sidqon, H.Suwarto atau yang lain dari pendaftar ke PKB).

Nama nama di atas adalah figur figur politik dengan basis elektoral "standar" dan "biasa biasa saja", bahkan beberapa di antaranya sama sekali belum terlihat "hilal" elektoralnya, sulit "dikatrol" mendadak karena "elektoral" bukan barang "kelontongan" yang bisa dibeli cash secara "borongan".

Dalam perspektif ini Nina  Agustina memiliki nilai keunggulan dari sisi panggung politik dan mesin hidrolik elektoral dari birokrasi meskipun sebagai bupati "incumbent" Nina Agustina  problematik dari sisi komunikasi politik elektoral , tidak sederhana menghindar dari daftar negatif efect elektoral.

Apakah pilkada Indramayu 2024 benar benar tanpa "Lucky Hakim" dengan trend populisme elektoral tinggi atau justru dengan basis elektoral tinggi itu Lucky Hakim makin "sexi" ditarik tarik beragam pilihan koalisi politik ke dalam arena kontestasi pilkada Indramayu 2024?

Inilah ruang kemungkinan politik layak kita cermati dinamika berikutnya 


 

TAG#ADALAN

182193829

KOMENTAR