PM Australia Tegaskan Undang-Undang Baru Tentang Hak Veto Tidak Hanya Ditujukan Ke China

Binsar

Thursday, 27-08-2020 | 09:07 am

MDN
Perdana Menteri Australia Scott Morrison [ist]

 

Sidney, Inako

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan pada hari Kamis mengatakan, sebuah undang-undang Australia yang diusulkan yang akan memberi pemerintah federal kekuasaan untuk membatalkan perjanjian apa pun yang dibuat atau dibuat oleh otoritas lokal dan lembaga publik dengan pemerintah asing tidak ditujukan ke China.

Undang-undang baru itu muncul saat Canberra berupaya membatasi pengaruh Beijing di Australia di tengah kekhawatiran atas berbagai masalah termasuk perdagangan dan keamanan, tetapi Morrison membantah bahwa undang-undang baru itu dirancang khusus dengan mempertimbangkan China.

 

“Undang-undang ini tentang kepentingan kedaulatan nasional Australia,” kata Morrison, seperti dilansir Inakoran.com dari Reuters, Kamis.

Di bawah undang-undang baru, menteri luar negeri negara akan dapat membatalkan perjanjian apa pun yang dibuat oleh pemerintah negara bagian dan teritori, dewan lokal atau universitas negeri dengan pemerintah luar negeri jika perjanjian tersebut "berdampak buruk pada hubungan luar negeri Australia" atau "tidak sejalan dengan kebijakan luar negeri Australia".

Undang-undang itu juga akan bersifat retrospektif, dan Morrison mengatakan Australia mengetahui 130 perjanjian yang telah dibuat oleh entitas pemerintah dengan 30 negara berbeda.

Salah satu kesepakatan ini termasuk negara bagian terpadat kedua di Australia yang mendaftar ke China's Belt and Road Initiative pada 2018, sebuah keputusan yang dikritik Morrison pada saat itu.

 

Hubungan antara Australia dan mitra dagang terbesarnya menjadi semakin tegang, dengan Australia membuat marah China dengan menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus korona dan memblokir kesepakatan pertanian baru-baru ini.

China telah menargetkan ekspor anggur, jelai, dan daging sapi Australia, dan memberi tahu siswa serta turisnya untuk menghindari bepergian ke Australia, dengan alasan diskriminasi rasial.

China membeli lebih dari sepertiga dari total ekspor Australia, dan mengirim lebih dari satu juta turis dan pelajar ke sana setiap tahun.

 

Pada hari Rabu, salah satu diplomat paling senior China di Australia mengatakan ada "bayangan" atas hubungan bilateral tersebut.

Undang-undang baru itu mengecualikan perusahaan komersial dan perusahaan milik negara, meskipun Australia telah memberikan wewenang tambahan kepada regulator dan bendahara untuk menolak pengambilalihan perusahaan swasta oleh pihak asing.

KOMENTAR