PM Australia Tuduh Asing Sebagai Dalang Serangan Siber Di Negaranya

Binsar

Wednesday, 20-02-2019 | 09:57 am

MDN
Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison [ist]

Sydney, Inako –

Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison menuduh sejumlah negara asing sebagai dalang serangan siber yang terjadi di jaringan komputer parlemen dan berbagai partai politik di negaranya belum lama ini.

Meski tidak menyebut nama pihak yang diduga melakukan serangan, namun Morrison memastikan bahwa ada pihak asing yang melakukan serangan siber menjelang pemilu Australia yang akan diselenggarakan Mei mendatang.

Terkait hal itu, para anggota parlemen diminta mengubah password mereka setelah badan intelijen siber mendeteksi terjadi serangan di jaringan komputer parlemen nasional. Menurut dia, para peretas membobol jaringan komputer partai-partai besar.

“Para pakar siber kami yakin aktor negara canggih bertanggung jawab untuk aktivitas jahat ini,” ungkap Morrison di depan para anggota parlemen, dilansir Reuters.

Morrison menambahkan, “Kami juga tahu bahwa jaringan sejumlah partai politik, Liberal, Buruh dan Naisonal juga terkena dampak.”

Dia tidak menyebut informasi apa yang diakses para peretas tapi dia menyatakan tak ada bukti tentang intervensi dalam pemilu.

Kepala Pusat Keamanan Siber Australia Alastair MacGibbon menjelaskan, para investor masih mengamankan jaringan lokal. Lembaga yang dipimpin MacGibbon itu bertanggung jawab untuk keamanan online.

“Berbagai lembaga politik kita menjadi target bernilai tinggi. Kami akan terus bekerja sama dengan teman-teman dan mitra, baik di sini dan luar negeri untuk mengetahui siapa di balik ini dan berharap dapat mengetahui tujuan mereka,” papar MacGibbon.

Para pengamat menyatakan China, Rusia, dan Iran menjadi pihak yang diduga melakukannya. “Saat Anda mempertimbangkan motivasi, Anda akan mengatakan bahwa China menjadi tersangka utama, meski Anda tak dapat mengesampingkan Rusia,” ujar Fergus Hanson dari Pusat Kebijakan Siber Internasional di lembaga analis Institut Kebijakan Strategis Australia.

“Ini gosip politik yang paling hangat yang diangkat. Email-email menunjukkan semuanya dari cucian kotor pertarungan internal hingga siapa yang mendukung kebijakan yang akan muncul,” papar Hanson.

Hubungan dengan China memburuk sejak 2017 setelah Australia menuduh Beijing mencampuri urusan domestik Negeri Kanguru itu. Kedua negara berupaya memperbaiki hubungan namun Australia masih khawatir dengan China.

Ketegangan meningkat bulan ini setelah Australia mencabut visa seorang pengusaha ternama asal China. Langkah itu hanya beberapa bulan setelah Australia melarang perusahaan telekomunikasi China, Huawei Technologies menyuplai peralatan untuk jaringan broadband 5G.

TAG -

161702645

KOMENTAR