PM Ethiopia Membantah Menggunakan Bendungan Untuk Merugikan Mesir dan Sudan

Binsar

Saturday, 26-09-2020 | 10:13 am

MDN
Proyek ini menjadi sumber ketegangan diplomatik sejak pembangunannya dimulai di Ethiopia pada tahun 2011.

 

United Nations, Inako

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan kepada PBB pada hari Jumat bahwa negaranya "tidak berniat" untuk merugikan Sudan dan Mesir dengan bendungan pembangkit listrik tenaga air raksasa di Blue Nile yang telah menyebabkan perselisihan air yang pahit antara ketiga negara.

Ethiopia, Mesir dan Sudan gagal mencapai kesepakatan tentang pengoperasian Bendungan Renaisans Besar Etiopia sebelum Ethiopia mulai mengisi waduk di belakang bendungan pada Juli. Tetapi ketiga negara telah kembali ke mediasi yang dipimpin Uni Afrika.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed [ist]

 

"Saya ingin memperjelas bahwa kami tidak berniat untuk merugikan negara-negara ini," katanya kepada 193 anggota Majelis Umum PBB dalam sebuah pernyataan video, yang direkam sebelumnya karena pandemi virus corona.

“Kami teguh dalam komitmen kami untuk mengatasi masalah negara-negara hilir dan mencapai hasil yang saling menguntungkan dalam konteks proses yang dipimpin AU yang sedang berlangsung,” kata Peraih Nobel Perdamaian Abiy, sebagaimana dilansir inakoran.com dari Reuters, Sabtu.

 

Negosiasi sebelumnya tersendat karena permintaan dari Mesir dan Sudan bahwa kesepakatan apa pun harus mengikat secara hukum, mengenai mekanisme untuk menyelesaikan perselisihan di masa depan, dan tentang bagaimana mengelola bendungan selama periode pengurangan curah hujan atau kekeringan.

Mesir mengatakan bahwa mereka bergantung pada Sungai Nil untuk lebih dari 90% pasokan air tawar yang langka, dan khawatir bendungan itu dapat berdampak buruk pada ekonominya.

Abiy mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa proyek tersebut berkontribusi pada konservasi sumber daya air, "yang seharusnya hilang karena penguapan di negara-negara hilir."

Proyek ini menjadi sumber ketegangan diplomatik sejak pembangunannya dimulai di Ethiopia pada tahun 2011. [ist]

 

“Apa yang pada dasarnya kami lakukan adalah memenuhi kebutuhan listrik kami dari salah satu sumber energi terbersih. Kami tidak bisa terus membiarkan lebih dari 65 juta orang kami dalam kegelapan,” katanya.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyatakan keprihatinannya tentang proyek tersebut ketika dia berpidato di depan PBB pada hari Selasa.

“Sungai Nil tidak boleh dimonopoli oleh satu negara. Bagi Mesir, air Nil adalah materi eksistensial. Namun, bukan berarti kami ingin merongrong hak saudara-saudari kami, berbagi lembah sungai dengan kami,” katanya.

“Namun demikian, tidak dapat diterima jika negosiasi berlanjut selamanya dalam upaya untuk memaksakan kenyataan di lapangan,” kata Sisi.

KOMENTAR