Putra Korban Bom Atom Hiroshima Desak PBB Hapus Senjata Nuklir

Binsar

Wednesday, 05-03-2025 | 10:16 am

MDN
Pertemuan ketiga negara pihak pada Perjanjian Larangan Senjata Nuklir 2021 diadakan di New York pada tanggal 3 Maret 2025 (ist)

 

 

Jakarta, Inakoran

Putra seorang penyintas bom atom Hiroshima dan negara-negara pihak pada perjanjian PBB tentang pelarangan senjata nuklir, bertemu di New York pada hari Senin. Mereka terus mendesak PBB untuk pemberantasan persenjataan semacam itu.

Melansri Kyodonews, para peserta berkumpul untuk sesi penuh di kantor pusat badan dunia itu untuk pertama kalinya sejak Nihon Hidankyo, kelompok penyintas bom atom terkemuka Jepang, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian musim gugur lalu.

Para peserta pertemuan ketiga Perjanjian Larangan Senjata Nuklir 2021 akan membahas doktrin pencegahan nuklir dan mengadopsi deklarasi ketika pertemuan berakhir pada hari Jumat.

"Bagi sel-sel muda yang terpapar bom atom di rahim ibu, dampak radiasinya tidak terukur," kata Jiro Hamasumi, 79 tahun dari Tokyo dalam pidatonya di pertemuan hari Senin.

Hamasumi lahir enam bulan setelah ibunya terkena radiasi dalam serangan bom atom AS tahun 1945 di kota Jepang bagian barat.

Menyebut bom nuklir sebagai "senjata iblis," Hamasumi berkata, "Kita tidak boleh mengulang tragedi bom atom."

Jepang, satu-satunya negara yang diserang bom atom, dan negara-negara dengan persenjataan nuklir termasuk Amerika Serikat dan Rusia belum mengadopsi perjanjian tersebut.

Pemerintah Jepang tidak mengirimkan pengamat resmi ke pertemuan pertama dan kedua pada tahun 2022 dan 2023, dan belum mengirimkan perwakilan untuk putaran yang sedang berlangsung.

Sunao Tsuboi korban bom Hiroshima menunjukkan sebuah foto (ist)

 

Penyintas bom atom dan aktivis Setsuko Thurlow, 93, yang berada di New York untuk menghadiri pertemuan tersebut, mengatakan bahwa ia "sangat marah" karena pemerintah Jepang tidak hadir. "Sungguh memalukan bahwa Jepang, yang seharusnya menyadari masalah ini, tidak ikut serta."

"(Pemerintah) tidak ingin membuat Amerika Serikat tidak senang," kata Thurlow, yang saat ini tinggal di Kanada. "Mereka butuh keberanian, tetapi keberanian saja tidak cukup," imbuhnya, sambil menyerukan pemerintah dan warga biasa untuk terlibat dalam dialog.

Jerman menghadiri dua pertemuan sebelumnya sebagai pengamat, tetapi misi negara itu di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada hari Senin bahwa Berlin tidak mengirimkan perwakilan ke pertemuan ketiga.

Jepang mengatakan bahwa masalah pelucutan senjata harus ditangani berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang telah diratifikasinya.

 

 

KOMENTAR