Ray Rangkuti: Nggak Punya Darah Biru Politik, Miskin Pula, Ya Udahlah, Wasalam
JAKARTA, INAKORAN.COM
Berbagai kritikan pada praktik politik dinasti di Indonesia terus bermunculan. Dipraktikkan secara meluas baik di tingkat nasional maupun tingkat daerah, politik dinasti dinilai mencederai demokrasi.
Aktivis dan pengamat politik Ray Rangkuti menyebut, praktik ini menyebabkan terbatasnya akses untuk berkompetisi dalam ruang politik bagi masyarakat biasa yang tidak punya darah biru politik dan modal.
“Yang bisa menembus itu (konstelasi politik tingkat tinggi) cuman dua,” ungkap Ray seusai acara Simposium Pemuda Indonesia yang digelar di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11/2023).
“Pertama, anda punya darah biru politik. Entah siaplah cantolan. Paman kek, apa kek, ya kan?”
Kedua, persaingan politik hanya bisa diakses oleh orang-orang yang punya modal. Modal dinilai penting karena biaya politik kita sangat mahal.
“Kalau kau nggak punya dua-duanya. Bukan darah politik, nggak ada paman, nggak ada bapak (sebagai) cantolan gitu ya, miskin pula, ya udahlah, wasalam.”
Politik dinasti ramai diperbincangkan setelah putera presiden Jokowi, Gibran Rakabuming diusung menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Lapangnya jalan Gibran menuju kompetisi ini turut didukung oleh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah syarat capres-cawapres.
MK yang kini ramai diplesetkan menjadi Mahkamah Keluarga, diketuai oleh Anwar Usman, paman Gibran.
TAG#Pilpres 2024, #Ray Rangkuti, #Politik Dinasti, #Gibran Rakabuming, #Presiden Jokowi
188635554
KOMENTAR