Sandyakalaning Sang Imam Besar FPI

Hila Bame

Friday, 11-12-2020 | 08:46 am

MDN

Oleh:
Rudi S Kamri*

Jakarta, INAKORAN

 

AKHIRNYA saatnya datang juga. Tidak selamanya Mohammad Rizieq Shihab (MRS) bisa leluasa dengan pongah bisa menghina siapa saja. Presiden dicaci-maki, TNI dihina, Polisi dilecehkan, bahkan bebas mengancam memenggal kepala orang. MRS selama ini merasa negeri ini panggung miliknya. Sehingga dia bisa bebas beraksi kapan saja, dimana saja dan berucap apa saja. Dia seolah bebas mengangkangi hukum dan peraturan di negeri ini.

BACA: 

Rizieq Shihab jadi Tersangka, Polisi Upayakan Pemanggilan dan Jemput Paksa

Mengapa MRS sejak sebulan lalu begitu percaya diri merasa bebas berbuat apa saja? Analisa saya begini:

Pertama,
Saya punya keyakinan MRS hanya sekedar proxy atau alat dari kelompok tertentu yang mempunyai sumberdaya dana dan jaringan politik yang luas di negeri ini. Kelompok ini yang memfasilitasi semua kegiatan MRS selama ini. Dengan perlakuan ini mungkin MRS merasa mempunyai backing yang super kuat, sehingga dia merasa bebas berbuat dan berucap apa saja di panggung boneka yang telah disiapkan untuknya.

Kedua,
Di awal-awal kedatangan MRS ke Indonesia, terlihat koordinasi yang buruk antar lembaga negara. Sehingga aparat keamanan negara di lapangan tidak mendapatkan cukup 'guide-line' untuk mengantisipasi semua gerakan MRS di panggung boneka miliknya.

Tapi itu kejadian sebulan lalu. Saat ini saya melihat Pemerintah sudah solid memetakan masalah. Koordinasi antar lembaga sudah kembali terjalin dengan kuat. Peta jalan (roadmap) penanganan goyangan MRS sudah dibuat dengan berbagai skenario. Langkah aksi sudah dibuat dengan panglima lapangan Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat yang didukung Panglima Kodam masing-masing.

Harus diakui kejadian tewasnya enam orang laskar khusus FPI agak mengganggu irama permainan yang sudah dibuat rapi oleh Pemerintah. Tapi menurut saya hal itu hanya riak kecil yang bisa dengan mudah diatasi. Cukup bukti bagi Polisi bahwa mereka saat itu memang diserang dan mereka punya hak untuk melumpuhkan. Yang terjadi opini negatif justru berbalik menyerang FPI. Publik mempertanyakan, mengapa ormas sekelas FPI mempunyai laskar (pasukan tempur) khusus yang bersenjata. Untuk apa dan uang dari mana mereka mampu mempersenjatai sang laskar?

Dan sekarang mesin skenario untuk melumpuhkan MRS sudah dioperasikan. Babak demi babak langkah aksi sudah dimainkan. Penetapan MRS dan lima orang pendukungnya oleh Polda Metro Jaya pada Kamis 10/12/2020 merupakan langkah bidak awal untuk mengepung langkah MRS dan pendukungnya. Dan amunisi yang digunakan oleh Polda Metro bukan main-main. MRS bukan sekedar ditembak dengan UU Kekarantinaan Kesehatan tapi juga pasal 160 KUHP. Apa isinya? 

Pasal 160 KUHP berisi tentang upaya penghasutan. Berikut isinya:
"Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan berdasar ketentuan undang-undang, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."

Nah dengan amunisi berlapis ini, saya pastikan MRS akan terkepung dan lumpuh tak berdaya. Karena ancaman hukuman yang di atas lima tahun, sehingga ada justifikasi bagi Polisi untuk melakukan penangkapan dan penahanan. Bahkan langkah cegah-tangkal pun sudah dipasang, sehingga tidak mungkin lagi MRS kabur mengungsi seperti tiga tahun lalu. 

So, penangkapan MRS dan pengikutnya hanya tinggal tunggu waktu. Hal yang bisa dilakukan oleh MRS dan kelompoknya hanyalah bersembunyi. Tapi Polisi punya sejuta cara untuk melacak keberadaan sang buronan. Bahkan sampai ke lubang tikuspun akan dicari sampai ketemu. Dan saya optimis tentang hal itu. Apabila laskar mereka melawan, semua antisipasi pasti sudah disiapkan oleh Polri. Kekuatan Polri apalagi didukung penuh oleh TNI akan dengan mudah melibas mereka. Dan saya yakin, para laskar khusus FPI pun pasti sudah punya perhitungan, mereka sudah keder menghadapi kekuatan negara. Di samping itu mereka sudah pasti ingin mati di jalan Allah, bukan di jalan Petamburan.

Sandyakala (akhir kisah yang muram) orang sekuat dan sepongah apapun pasti datang pada akhirnya. Semesta sudah menggariskan bahwa pada waktunya keangkaramurkaan akan tunduk meringkuk di tangan kebenaran. Dan kini rakyat Indonesia yang berakal sehat hanya memantau dari kejauhan, menyaksikan sang singa podium tumbang terjengkang. Suatu peristiwa yang sudah lama dinantikan.

Kini tinggal sang bandar kebingungan menghitung rugi di persembunyian. Sambil menyaksikan kekuatan sang proxy  dan laskarnya lumpuh, terjatuh, ambyar berkeping-keping.

Saat itu telah tiba...

Salam SATU Indonesia
11122020

*Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa

TAG#RUDI S KAMRI

184879692

KOMENTAR