Sejarawan: Perang Berkepanjangan Israel Terhadap Hamas dan Hizbullah Akan Membawa Kehancuran Bagi Negara Itu

Binsar

Thursday, 24-10-2024 | 10:48 am

MDN
Pasukan militer Israel dikerahkan ke wilayah Gaza dalam perang melawan Hamas [ist]

 

Jakarta, Inakoran

Seorang sejarawan Israel yang berbasis di Inggris mengatakan tanah airnya mungkin mengalami penurunan yang tidak dapat diperbaiki sebagai akibat dari serangan terus-menerus terhadap negara-negara tetangganya menyusul serangan teror oleh kelompok militan Palestina Hamas setahun yang lalu.

Melansir Kyodonews, Ilan Pappe, profesor di Universitas Exeter, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini, bahwa orang-orang Israel menjadi kurang percaya diri akan masa depan mereka. Bersmaan dengan itu, semakin banyak orang di dunia, termasuk beberapa orang Yahudi, berubah pikiran tentang keterlibatan mereka di Tengah.

Pappe menjelaskan, apa yang dilakukan Hamas dalam serangannya pada 7 Oktober tahun lalu, yang melibatkan pembunuhan massal warga sipil dan penyanderaan, seperti gempa bumi yang mengguncang gedung yang sangat goyah.

“Insiden ini membuat masyarakat Israel lebih tidak stabil, dan memperluas keretakan luas yang sudah ada,” kata pria berusia 69 tahun itu.

 

Sejumlah gedung hancur akibar serangan Israel ke wilayah Gaza [ist]

 

Pappe adalah seorang ilmuwan politik produktif yang bekerja di sebuah universitas di Israel pada tahun 2000an.

Pappe menambahkan, sebagai akibat dari serangan tersebut dan serangan balasan yang terjadi, perpecahan masyarakat di Israel antara kelompok liberal dan kelompok sayap kanan semakin meningkat.

Sementara itu, negara-negara Barat semakin khawatir tentang apakah dukungan yang berkelanjutan terhadap negara tersebut dapat bermanfaat bagi kepentingan nasional mereka, katanya.

Pappe menambahkan, saat ini perekonomian dan militer Israel melemah, yang diikuti berkurangnya kepercayaan di antara warga Israel. Pappe melihat hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Ia mencatat bahwa komunitas muda Yahudi di seluruh dunia tampaknya menjauhkan diri dari negara tersebut.

Profesor tersebut mengatakan salah satu prinsip utama Zionisme – gerakan pembentukan negara Yahudi di Palestina – adalah menginginkan sebanyak mungkin wilayah Palestina dengan sesedikit mungkin orang Palestina di dalamnya.

“Anda tidak bisa memiliki tanah air Yahudi tanpa menyingkirkan penduduk Palestina, dan Anda tidak bisa menyingkirkan penduduk Palestina tanpa kekerasan,” ujarnya.

Menurut dia, status quo Israel tampak sangat tidak berkelanjutan sehingga apa yang disebut sebagai solusi dua negara, sebuah tatanan yang diharapkan akan hidup berdampingan dengan negara Palestina, mungkin tidak akan berhasil.

"Tidak ada solusi saat ini. Ada proses di mana Israel akan mengalami masalah yang sangat besar, mungkin sampai pada titik disintegrasi sebagai sebuah negara," kata Pappe.

Inggris dan beberapa negara Barat lainnya sedang mempertimbangkan kembali dukungan dan pembelaan mereka terhadap Israel, mengingat meningkatnya kekhawatiran kemanusiaan di Jalur Gaza menyusul serentetan kampanye militer melawan Hamas dan serangan ke Lebanon selatan, katanya.

 

Ilan Pappe, profesor di Universitas Exeter [ist]

 

Pappe meminta Amerika Serikat, yang sudah lama mendukung Israel, untuk berhenti memberikan uang dan senjata kepada negara tersebut dan berhenti melindungi negara tersebut di PBB, dengan mengatakan akan “lebih baik bagi semua orang” jika Washington meminimalkan keterlibatannya.

Dia menambahkan bahwa hasil pemilihan presiden AS bulan depan sepertinya tidak akan mengubah situasi di sekitar Israel.

Meskipun sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel tahun lalu, serangan balasan Israel telah mengakibatkan kematian lebih dari 42.000 orang di Gaza, menurut otoritas kesehatan Palestina.

KOMENTAR