Setelah Amerika, Giliran Australia Nyatakan Boikot Diplomatik Olimpiade Beijing

Jakart, Inako

Australia akan bergabung dengan Amerika Serikat dalam boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing tahun depan, Perdana Menteri negara itu Scott Morrison mengatakan Rabu.

Melansir kyodonews, Rabu (8/12), Morrison mengatakan kepada wartawan di Sydney bahwa dia membuat keputusan karena pemerintahnya telah ditolak dalam upayanya untuk membahas dengan China dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang barat jauh, serta berbagai masalah lain yang menjadi perhatian.

"Jadi tidak mengherankan, oleh karena itu, pejabat pemerintah Australia karena itu tidak akan pergi ke China untuk pertandingan itu," kata Morrison. "Namun, atlet Australia akan melakukannya."

Hubungan antara China dan Australia telah tegang belakangan ini oleh perdagangan dan ketegangan lainnya termasuk seruan Canberra untuk penyelidikan tentang asal-usul virus corona penyebab COVID-19.

Beijing telah memberlakukan pembekuan pada semua pertemuan tingkat menteri antara kedua negara dan mengenakan tarif pada sejumlah ekspor Australia seperti batu bara, daging sapi, dan anggur.

Ketika ditanya tentang potensi pembalasan politik atau ekonomi dari China atas boikot, Morrison mengatakan itu akan "sepenuhnya dan sama sekali tidak dapat diterima, dan tidak akan ada alasan untuk itu sama sekali."

Pada hari Senin, pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan Amerika Serikat tidak akan mengirim perwakilan diplomatik ke Olimpiade Beijing, yang akan dibuka pada 4 Februari 2022.

Beijing segera menanggapi, mengkritik Amerika Serikat karena menggunakan Olimpiade sebagai panggung untuk pertunjukan dan manipulasi politik.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dia akan membuat keputusan tentang masalah tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan nasional bangsanya dan pentingnya acara tersebut.

Selandia Baru pada hari Selasa juga mengatakan tidak akan mengirim perwakilan diplomatik ke Olimpiade, dengan alasan berbagai masalah tetapi sebagian besar berkaitan dengan masalah terkait COVID-19.