Sisakan Untuk Besok

Hila Bame

Tuesday, 22-10-2019 | 15:08 pm

MDN
Jalius Sallebay, M.T

Oleh: Jalius Salebbay, MT 

Ditulis dalam rangka 20 Tahun Kab. Kepulauan Mentawai.

 

Jakarta, Inako

                                

Pesonaku terlihat berbinar-binar di ufuk Barat Pulau Sumatera, terbentang 6.011,35 km2 luasnya dengan berbagai warna warni kehidupan alam yang merajutku. Tak kau sangka isiku dapat memberimu kehidupan. Jauh dari hingar-bingar dan suasana hiruk-pikuk gesekan rel dan bentangan trotoar dan bisingnya pabrik dengan lampu berkedip sana-sini membuatku berbeda dengan titipan sang Ilahi lainnya.

 

135 km jaraknya aku dengan suara bising itu, aku tinggal bersama 107 gugusan lainnya yang kau namai “tobbou” terbagi menjadi empat bagian besar bukan berarti 103 lainnya bukan teman-temanku. Engkau mengatakan aku sudah ada sejak 500 ribu tahun lalu, karena lamanya itu aku mengalami perubahan. Hasil ceritamu terdapat 65% binatang menyusui endemik dan ada 14 macam burung endemik, aku sendiri tidak menyadarinya. Berkat semuanya ini engkau memberikan aku penghargaan yang membuatku cukup tersanjung, gelar yang kau berikan tahun 1981

Pulau Sikuai.https://www.tempatwisatamu.com/pulau-mentawai-wisata-sumbar.html

itu bernama Cagar Biosfer Dunia. Gelar itu kau sematkan disalah satu bagian tubuh indahku, Siberut betulah kau sebut namanya.

Pulau Siberut di Kabupaten Mentawai

 

Barisan pohon menjulang tinggi memagarimu disepanjang garis pantaiku, panorama laut biru dan aroma laut sungguh memanjakan mata. Ditutupi meranti, kruing, benuang, durian dan nangka hutan itulah bukit dan gunung pelarian ketika penat datang melandamu, kau datang dan pergi menikmatinya sesukamu. Disana ada palma, pandan, rotan dan gulma-gulma yang bertebaran didahan pohon memikat hati untuk dijadikan korban berkodak. Didalamku tersimpan yang kau sebut primata endemik kau beri nama bokkoi (Macaca Pagensis), joja (Presbytis potensziani siberu), bilou (Hylobates klosii) dan simakobu (Nasalis concolor siberu). Kiri-kanan perutku, kau akan temui pepohonan sagu yang dibelakangnya ada ladang keladi, pisang, pohon pinang hasil karya tanganmu sendiri. Jauh dari pandangan keramaian dan dentuman suara mesin membuat pesonaku semakin terpancar teduh dibawah panasnya sang Surya. Bumi Sikerei, itulah nama yang kau berikan kepadaku.

 

Surga kecil yang menghadap Samudra Hindia ini, tempat dimana kau belajar merangkak, bermain hingga berlari kesana kemari, tempat dimana sang leluhurmu meminta obat kepadaku ketika engkau sakit dan bahkan memintaku untuk terus menjaga dan memelihara kehidupanmu. Beratap rumbiah, bertiang kayu dengan lilitan tali rotan terlihat disekujur tubuh rumahmu, semua yang engkau butuhkan untuk berteduh selama hidupmu tercukupi dan tak perlu engkau membayarnya, semuanya itu daripadaku. Segala kebutuhan adonan masakanmu juga telah tersedia dengan lauk dan sayur yang melimpah ruah. Ambillah secukupnya saja, sisakan persediaan untuk anak-anakmu besok. Namun saat ini pesona yang kubanggakan mulai luntur, engkau mulai dengan memasukkan manusia besi di  perutku sejak 1971, lanjut tahun 1993, kemudian tidak berhenti disitu, akhirnya tahun 2007 kau berhenti.

Foto YCMM, 2016

 

Tidak ada puasnya kau menggangguku, tahun 2018 kau izinkan si manusia besi itu masuk lagi merusak tatanan hidupku, kini aku tak berdaya dan hidupku akan terusik hingga 2051 nanti karena perjanjianmu dengan teman-temanmu. Akibat ulahmu, jangan mengharapkan kekayaan itu lagi. Yang kau sebut kekayaan hutan, keragaman hayati, hewan endemik semua akan hilang, engkau akan merasakan amarahku nanti. Air mataku akan membanjiri sungai-sungai, membuatnya keruh dan kau akan kesusahan mencari air bersih untuk mencuci baju

           

anak-anakmu. Kini mulai banyak orang yang mengenal aku, mulai banyak yang bermain denganku dan mulai banyak pula yang bermain-main denganku, aku mengetahui dan melihatnya. Mulai banyak orang yang membicarakanku, menggosipiku dan bahkan ingin merusakku, kemanakah engkau, mengapa tidak menolongku “apa yang kau kwatirkan aku bisa menghidupimu!”.

 

Engkau mulai meninggalkan aku, atap dan tiang rumahmu sudah berganti menjadi besi dengan gambar warna-warni di dindingnya, adonan masakan dan sayur yang telah disediakan dalam plastik tertutup rapat dan bersegel itu, seolah-olah segelnya mencerminkan khasiatnya, padahal aku tahu isinya lebih baik dari yang kuberikan tempo hari. Lauk yang kau peroleh tidak lagi daripadaku melainkan dari ikan yang kau bunuh dan kau simpan lama dalam besi berkemasan rapat itu. Mengapa engkau tidak langsung mengambilnya hidup-hidup dan kau santap, bukankah itu yang sering kau lakukan dulu? Ada apa sekarang?

 

Tiba saatnya nanti anak-anakmu akan bodoh karena otaknya kosong akan protein dan engkau akan merasakan sesak karena kekurangan oksigen, itu semua karena engkau mulai merusak karang rumah ikanku dan hutan rumah oksigenku. Kemanakah engkau dahulu kala, bukankah engkau sahabatku? Engkau telah menghianatiku dengan membawa teman-temanmu yang berkapal putih dan kau jejerkan dihadapan pantai putihku yang mungil itu dan merubah kesempurnaanku menjadi keinginanmu, tidakkah kau pedulikan perasaanku?

 

Ohh rupanya engkau telah berubah kawan. Sepertinya engkau mulai mencoba merayuku dengan iming-iming yang kau sebut Pembangunan itu. Kau mulai menawarkan perubahan-perubahan fundamental dan secara diam-diam mencuri dariku. Mencuri hutanku, mencuri ikanku, mencuri karangku, mencuri tanahku, mencuri budaya dan adatku. Jika kau mengambil hutanku dimanakah primataku bermain, engkau mengambil karangku dimanakah ikanku bertelur, mengambil tanahku dimanakah durianku bertumbuh dan mengambil adatku, dimakah aku menemukan sejarah kehidupaku. Dasar kau pencuri! Kini kelakukanmu nyata terjadi, kau ambil hutan lebatku , kini mencari kayu besar sudah susah.

 

Kau habiskan batukarangku disepanjang pantai, kini cari ikan susah. Kau mulai luluhlantahkan hutanku dan kau ganti dengan Kaliandra, kau akan kesusahan air bersih. Kau rusak hutan mangroveku hingga hebat kerusakannya, pantaimu  akan abrasi, akan susah mencari “kopek/menggu, sikkoira, lilit, torongai dan kawanannya” karena ekosistemnya kau rusak. Sebenarnya kau merusak dan mencari kesusahanmu sendiri! Tapi aku masih punya harapan karena ada 20 orang teman-temanku yang akan berjanji dan berjuang membantuku, semoga mereka mengingat aku, paling tidak memanggil namaku.

Duta Cileungsi, Oktober 2019

TAG#Jalius Sallebay

161683349

KOMENTAR