Strategi Predatory Pricing oleh Perusahaan Integrator Mematikan Peternak Mandiri

Junny Yanti

Thursday, 12-10-2023 | 14:54 pm

MDN
Aksi Komunitas Peternak Unggas Nasional

JAKARTA, INAKORAN.COM

Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) menggelar aksi pada Kamis (12/10/23). Aksi yang dilakukan para peternak ayam ini bertujuan untuk memperbaiki proses penyaluran ayam ras pedaging yang harganya sangat tinggi dan tidak sesuai dengan harga jual ayam hidup.

Puluhan tahun peternak ayam mandiri selalu ditindas tanpa diperdulikan nasibnya. Diduga perusahaan integrator melakukan predatory pricing ayam hidup untuk menyingkirkan pesaingnya melalui harga input sapronak (sarana produksi ternak ) yang tinggi dan selalu mengalami kenaikan yang tidak di imbangi dengan harga jual ayam hidup (Life Birds) dikandang, sehingga peternak mandiri selalu mengalami kerugian dalam berproduksi.

Peternak mandiri dibiarkan berproduksi dengan biaya produksi yang tinggi, yang seharusnya harga input sapronak bisa lebih murah dikarenakan sudah swasembada ayam pedaging, sewajarnya perusahaan integrasi vertikal menjual pakan dan DOC nya lebih murah dibanding kompetitornya karena mereka mendapatkan bahan baku pakan serta kuota Impor GPS lebih banyak daripada kompetitornya. Namun, mengapa malah menjual lebih mahal dibanding kompetitor mereka?

Kesulitan yang dialami peternak mandiri dan peternak rakyat ini tidak dapat dilepaskan dari langkah kebijakan Kementerian/Lembaga terkait yang tidak memiliki orientasi yang jelas dalam melindungi peternak mandiri dan peternak rakyat. Selain itu, mereka jugantidak memiliki data yang valid mengenai kebutuhan dan konsumsi (suply demand) ayam broiler di Indonesia. Hal ini mengakibatkan supply and demand tidak dapat diproyeksikan secara tepat. Akibatnya, ketersediaan ayam selalu berlebihan (over supply).

Ketiadaan data yang valid ini kemudian digunakan oleh perusahaan-perusahaan integrator untuk menguasai pasar dari hulu ke hilir yang berdampak secara langsung terhadap operasional dan kehidupan peternak mandiri dan peternak rakyat. Situasi ini membuat perusahaan integrator menjual ayam hidup kepasar becek/tradisional seharga Rp. 19.000 – 20.000 per kg dibawah biaya pokok produksi peternak mandiri yaitu Rp. 21.000 – 22.000 per kg (berat ayam hidup 1,6 – 1,8 kg).

Akibatnya, harga jual ayam hidup di pasaran selalu turun dibawah Harga Pokok Produksi (HPP) peternak mandiri, dimana input sapronak lebih tinggi daripada harga jual ayam hidup di kandang.

Saat peternak mandiri panen, harga ayam hidup selalu dirusak oleh para integrator ayam hidup (Life Birds) dengan menjual dibawah HPP peternak mandiri sehingga selalu saja peternak mandiri menjadi korban.

Tetapi anehnya para Feedmill dan breeder justru dapat menciptakan pelaku baru untuk bermitra dengan iming-iming bahwa berproduksi ayam pedaging menciptakan peluang serta keuntungan luar biasa. Padahal, prakti ini justru menjerumuskan investor kepada kebangkrutan dan bahkan ada beberapa peternak mandiri yang bunuh diri karena jeratan hutang.

Daripada terus-menerus merugi, para peternak pun berinisiatif membagi-bagi ayam hidup (Life Birds) kepada masyarakat sambal berharap pembuat kebijakan berpihak kepada mereka.

KOMENTAR