Studi: Sistem Kekebalan Berpengaruh Pada Pikiran dan Tubuh

Binsar

Thursday, 17-09-2020 | 08:52 am

MDN
Ilustrasi menu diet [ist]

 

Jakarta, Inako

Sejak pandemi COVID-19 dimulai, fokus bagi para profesional kesehatan medis dan masyarakat umum adalah untuk meningkatkan kekebalan. Dianjurkan untuk menjaga tubuh agar tetap sehat sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko gejala parah akibat COVD-19, dan bahkan mencegah kematian.

Karena alasan inilah orang mengonsumsi makanan tertentu yang kaya nutrisi tertentu yang diketahui dapat meningkatkan kekebalan, dan mengikuti gaya hidup sehat secara umum.

 

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa sistem kekebalan mungkin tidak hanya memengaruhi tubuh dan kesehatan fisik Anda. Penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis, menjelaskan bahwa sistem kekebalan mungkin ada hubungan dengan pikiran dantubuh.

Studi tersebut menemukan bahwa pada model hewan tikus, sel-sel kekebalan yang mengelilingi otak menghasilkan molekul yang diserap oleh neuron, yang tampaknya diperlukan untuk perilaku normal.

 

Penemuan studi tersebut dipublikasikan di jurnal Nature Immunology pada 14 September. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan dapat memengaruhi pikiran dan tubuh, dan molekul kekebalan yang disebut IL-17 mungkin menjadi penghubung antara keduanya.

"Otak dan tubuh tidak terpisah seperti yang dipikirkan orang," kata penulis senior Jonathan Kipnis, PhD, Profesor Patologi dan Imunologi dari Alan A. dan Edith L. Wolff serta profesor bedah saraf, ilmu saraf dan ilmu saraf.

 

"Apa yang kami temukan di sini adalah bahwa molekul kekebalan - IL-17 - diproduksi oleh sel kekebalan yang berada di sekitar otak, dan itu dapat mempengaruhi fungsi otak melalui interaksi dengan neuron untuk mempengaruhi perilaku seperti kecemasan pada tikus. Kami sekarang melihat apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit IL-17 dapat dikaitkan dengan kecemasan pada manusia,” lapor Technology Networks.

 

Apa itu molekul IL-17?

IL-17 adalah sitokin. Ini adalah molekul pensinyalan yang mengaktifkan dan mengarahkan sel-sel kekebalan untuk menghasilkan tanggapan kekebalan terhadap infeksi. IL-17 juga telah dikaitkan dengan kondisi perilaku lain seperti autisme, dan depresi.

Sementara para peneliti masih belum begitu yakin bagaimana molekul kekebalan seperti IL-17 dapat mempengaruhi perilaku dan gangguan otak, mereka menemukan dengan menggunakan model hewan bahwa sel-sel dalam kondisi normal dapat memproduksi IL-17, mengisi jaringan di sekitar otak dengan IL- 17.

Mereka selanjutnya melakukan studi untuk kewaspadaan pada tikus, tergantung pada keberadaan sel yang dapat menghasilkan IL-17. Ditemukan bahwa tikus tanpa IL-17 memiliki kewaspadaan yang kurang, yang ditafsirkan sebagai penurunan kecemasan oleh para peneliti.

 

 

Para peneliti juga menghilangkan neuron yang memiliki reseptor di permukaannya untuk IL-17. Ditemukan bahwa dengan tidak adanya reseptor tersebut, tikus menunjukkan kewaspadaan yang lebih rendah. Para peneliti mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa perubahan perilaku bukanlah produk sampingan tetapi merupakan bagian integral dari komunikasi neuro-imun.

Cara lain untuk meningkatkan kekebalan dapat dikaitkan dengan suasana hati dan kesehatan mental.

Terlepas dari ada atau tidak adanya reseptor atau sel tertentu, peningkatan kekebalan dapat dikaitkan dengan suasana hati dan kesehatan mental dalam beberapa cara tidak langsung juga.

Diet

Pola makan yang sehat diketahui berdampak positif pada pikiran Anda. Jika Anda makan dengan sehat dan tidak mengonsumsi terlalu banyak gula atau makanan olahan, Anda cenderung merasa energik, dan lebih bahagia.

Olah raga

Olah raga dikenal dapat menghasilkan hormon bahagia di dalam tubuh, selain meningkatkan kekebalan terhadap penyakit. Saat Anda berolahraga, Anda tidak hanya memperkuat sistem kekebalan, tetapi Anda juga merasa lebih baik.

Gaya hidup sehat

Berhenti merokok, minum minuman keras, dan menjaga siklus tidur yang teratur dapat membantu meningkatkan kekebalan, dan juga menyehatkan untuk pikiran. Meskipun stimulan semacam itu dapat membuat Anda merasa baik dalam jangka panjang, stimulan tersebut dapat menyebabkan kerusakan parah pada tubuh dan pikiran, dalam jangka panjang.

KOMENTAR