Suku Baduy Minta Presiden Jokowi Coret Sebagai “Kawasan Destinasi Wisata”

Sifi Masdi

Thursday, 23-07-2020 | 22:41 pm

MDN
Suku Baduy [ist]

Jakarta, Inako

Suku Baduy yang terletak di Provinsi Banten memang unik. Ketika sejumlah wilayah lain di Indonesia bangga kalau daerahnya sebagai destinasi wisata, tetapi Suku Baduy justru tidak ingin wilayahnya sebagai kawasan destinasi wisata yang diramai dikunjungi orang.

Suku Baduy sebagai masyarakat adat yang ingin  mempertahankan keaslian budayanya merasa terganggu dengan kehadiran pengunjung atau wisatawan ke tempat tersebut setiap hari, setelah kawasan tersebut didaulat sebagai “destinasi wisata budaya dan religi”. Mereka merasa terancam dengan kedatangan para wisatawan ke tempat tersebut.

Anak gadis dari Suku Baduy [ist]

 

Merasa takut bahwa budaya mereka akan terancam punah setelah orang luar banyak masuk ke situ, maka sejumlah perwakilan suku berinisiatif mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Isi surat itu antara lain meminta Presiden untuk segera mencoret Baduy dari daftar destinasi wisata Indonesia. Surat tertanggal 6 Juli 2020, itu disampaikan oleh Lembaga Masyarakat Adat Baduy yang diwakili oleh tiga jaro (sebutan untuk ketua atau pemimpin), yakni Jaro Saidi, Jaro Aja, dan Jaro Madali.

Surat tersebut ditembuskan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tertera juga tembusan ke Kementerian Pertahanan, Kementerian Sekretariat Negara, Gubernur Banten, dan Bupati Lebak.

Pada surat tersebut juga tertera ketiga jaro Lembaga Masyarakat Adat Baduy menyerahkan mandat surat berjudul 'Permohonan Perlindungan Pelestarian Tatanan Nilai Adat Baduy' kepada empat orang. Mereka adalah Heru Nugroho, pegiat Internet yang akrab dengan warga Baduy Dalam dan Baduy Luar; Henri Nurcahyo, pegiat seni budaya dan penulis buku; Anton Nugroho, pegiat sosial dan lingkungan hidup; serta Fajar Yugaswara, pelaku seni.

"Sejatinya masyarakat Baduy tidak keberatan kepada siapapun yang ingin berkunjung ke wilayahnya dalam rangka menjalin persaudaraan," tulis surat itu.

Suku Baduy sedang memainkan musik tradisional [ist]

 

"Tapi keterbukaan bagi setiap orang yang berkunjung ke wilayah adat Baduy saat ini, melalui kampanye wisata yang digaungkan, mengakibatnya derasnya kunjungan wisatawan yang berdatangan ke wilayah Baduy."

Mengetahui adanya surat tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hari Santosa Sungkari mengatakan telah berkunjung ke Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kebupaten Lebak, Banten, pada Sabtu, 18 Juli 2020. Dia datang untuk menanggapi permintaan masyarakat Baduy terkait masalah pariwisata.

Hari Santosa menganggap perlu pembatasan jumlah kunjungan wisatawan ke perkampungan masyarakat adat Baduy di Desa Kanekes. "Artinya kita semua menjaga agar wisatawan tidak bejibun yang datang," katanya.

Menurut Hari Santoso, Kementerian Pariwisata menampung aspirasi permohonan masyarakat Baduy itu.

 

KOMENTAR