Wall Street Menghijau Saat Menanti Keputusan The Fed
Jakarta, Inako
Wall Street akan dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 18:00 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 74 poin pada saat pembukaan perdagangan malam hari ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 4 dan 33 poin.
Aksi beli bersiap dilakukan oleh pelaku pasar saham AS sembari menantikan keputusan dari The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS terkait dengan kebijakan suku bunga acuannya.
Pada 30 dan 31 Juli waktu setempat, The Fed akan menggelar pertemuan guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Hasil dari pertemuan selama 2 hari tersebut akan diumumkan pada 31 Juli waktu setempat atau Kamis (1/8/2019) dini hari waktu Indonesia.
Saat ini, ekspektasinya adalah The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan alias Federal Funds Rate (FFR). Bisa sebesar 25 bps (basis poin) atau bisa juga sebesar 50 bps, namun yang pasti tingkat suku bunga acuan akan dipangkas.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 31 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan pekan ini adalah sebesar 79,1%, sementara probabilitas tingkat suku bunga acuan akan dipangkas hingga 50 bps adalah 20,9%.
Sejatinya, mau tingkat suku bunga acuan dipangkas berapapun pada dini hari nanti, melesatnya bursa Wall Street tampaknya akan menjadi sebuah keniscayaan. Sebagai catatan, jika The Fed benar memangkas tingkat suku bunga acuan, maka akan menandai pemangkasan pertama sejak tahun 2008 silam.
Melansir data dari Strategas yang dikutip dari CNBC International, secara rata-rata indeks S&P 500 memberikan imbal hasil hingga 20% (annualized) kala tingkat suku bunga acuan pertama kali dipangkas hingga tingkat suku bunga acuan dinaikkan, sementara mediannya mencapai 13%. Strategas merupakan sekuritas dan penyedia jasa advisory yang beroperasi di lebih dari 20 negara.
Dari 14 siklus pelonggaran suku bunga acuan yang terjadi dalam periode 1982 hingga 2015, indeks S&P 500 hanya jatuh sebanyak tiga kali (1983-1984, 1986, dan 2001-2004).
"Penurunan imbal hasil pada saat siklus pelonggaran terjadi kadang kala terjadi namun sangat jarang," tulis Jason Trennert selaku Chief Investment Strategist dari Strategas dalam risetnya pada hari Senin (29/7/2019), dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, Trennert menambahkan bahwa dalam kondisi saat ini, The Fed memiliki banyak ruang untuk melonggarkan tingkat suku bunga acuan.
"Dengan tingkat suku bunga acuan dan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun berada di level tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, The Fed tampak memiliki banyak ruang untuk mengeksekusi pelonggaran tanpa kekhawatiran akan terjadi overheating."
Optimistis bahwa Wall Street akan menguat berapapun besaran pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang dieksekusi The Fed nanti, aksi beli sudah dilakukan sedari saat ini.
TAG#Wall Street, #Bursa, #The Fed, #Bank Sentral
188648756
KOMENTAR