Warga Ternate Tidak Lagi Berminat Budidaya Kayu Manis

Binsar

Monday, 26-08-2019 | 10:04 am

MDN
Kau manis asal Ternate yang siap dijual [ist]

Ternate, Inako

Puluhan tahun silam, kayu manis merupakan pohon yang dapat ditemukan dengan mudah di Ternate, Maluku Utara. Pasalnya, jenis kayu itu dipelihara masyarakat setempat karena memiliki nilai komersial tinggi lantaran mengandung aroma yang khas.

Akan tetapi, seiring perjalanan waktu, budidaya kayu manis mulai ditinggalkan masyarakat daerah itu tanpa mengetahui persis apa alasannya. Karena itu, dalam beberapa tahun ke depan, jenis tanaman itu mungkin hanya tinggal kenangan, karena petani setempat tidak berminat lagi membudidayakannya.

Salah seorang petani di Kota Ternate Hamdal di Ternate, Minggu, mengatakan para petani di daerah ini tidak berminat lagi membudidayakan kayu manis karena nilai ekonominya tidak seberapa jika dibandingkan dengan menanam cengkih atau pala.

Tanaman kayu manis baru bisa diproduksi berusia sekitar 10 tahun dan itu pun yang bisa menghasilkan uang hanya kulitnya, sedangkan kayunya tidak memiliki nilai ekonomi karena tidak dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan.

Menurut dia, satu pohon kayu manis hanya menghasilkan Rp1 juta-an jauh lebih kecil jika dibandingkan hasil cengkih atau pala yang dalam satu pohon bisa menghasilkan Rp5 juta-an dan produksinya berkesinambungan.

Petani sekarang hanya menanam kayu manis sebagai batas kebun.  Itu pun jika keberadaannya menghalangi pertumbuhan cengkih dan pala biasanya ditebang karena bisa memengaruhi produktivitas kedua jenis tanaman rempah itu.

Salah seorang pelaku usaha kuliner tradisional di Ternate, yang bahan baku usahanya memanfaatkan kayu manis, Idrus mengakui belakangan ini semakin sulit untuk mendapatkan kayu manis produksi dari Ternate, sehingga mereka terpaksa mendatangkan dari wilayah Halmahera.

Para pelaku usaha kuliner tradisional yang bahan bakunya menggunakan kayu manis, seperti kopi rempah dan aneka jenis kue lebih suka memanfaatkan kayu manis dari Ternate karena aromanya lebih harum jika dibandingkan kayu manis dari daerah lainnya di Malut.

Ia menyarankan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate untuk memberikan insentif kepada petani di daerah ini agar mau kembali membudidayakan kayu manis secara besar-besaran atau menjadikannya sebagai tanaman penghijauan di kawasan hutan kritis yang dibiayai pemerintah.

Kayu manis selain dimanfaatkan untuk bahan baku makanan, juga dipakai untuk bahan pengobatan herbal seperti untuk penyakit diabetes, gangguan pencernaan, dan menurunkan darah tinggi.

Simak video berikut jangan lupa "klik Subscribe and Like" menuju Indonesia Maju.

 

KOMENTAR