Dampak Perang Dagang Makin Meluas

Sifi Masdi

Thursday, 26-07-2018 | 14:45 pm

MDN
Menteri Keuangan Sri Mulyani [ist]

Jakarta, Inako

Perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dan China semakin meluas sehingga menciptakan ketidakpastian sistem perdagangan global. Ini terbukti dari ketidakberhasilan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 untuk sepakat mengurangi ketidakpastian dari sisi perdagangan dalam pertemuan di Argentina minggu lalu.

Pertemuan G20 juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. "Suasananya masih menunjukkan ketidakpastian masih tinggi, karena tidak ada kesepakatan dari sisi perdagangan. Kita harus waspada karena di negara berkembang ini masih berlangsung. Sebab, di tingkat menteri tidak ada kesepakatan kurangi ketidakpastian," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Rabu (25/7).

Menurut Sri Mulyani, tekanan eksternal sebagai dampak langsung dari perang dagang  masih akan menyelimuti perekonomian nasional pada semester II ini. Oleh karena itu, untuk menjaga perekonomian nasional, pemerintah, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta kementerian/lembaga lain, kata Menkeu,  harus memperkuat koordinasi menciptakan kestabilan.

"Poinnya adalah bagaimana kita menjaga external balance agar tidak memunculkan ketidakpastian," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa pemerintah harus terus mendorong kinerja ekspor. Pemerintah juga menyiapkan berbagai instrumen fiskal. Menurut Menkeu, pemerintah akan menggunakan fasilitas bea cukai untuk bantu eksportir. Dengan begitu maka bisa mendukung pendapatan devisa terutama ekspor barang dan jasa.

Pemerintah berharap peran swasta juga bisa memperkuat benteng perekonomian lantaran ketidakpastian masih berlangsung. "Kalau kita lihat hasil G20 tidak menunjukkan adanya kemungkinan menurun ketidakpastiannya," tandas Sri Mulyani.


 

KOMENTAR