Dua Universitas Katolik Ternama Filipina Tampung Anak Terlantar Dari Suku Mindanao

Binsar

Sunday, 16-09-2018 | 05:39 am

MDN
Universitas Santo Thomas Manila, Filipina [ist]
"Ratusan anak terlantar dari keluarga korban pemberontakan geriliawan Moro di Filipina Selatan ditampung di Universitas Santo Thomas dan Universitas San Jose Recoletos, Cebu"

 

Manila, Inako –

Dua perguruan tinggi ternama di Filipina yakni Universitas Santo Thomas di Manila dan Universitas San Jose Recoletos di Cebu telah menyatakan kesanggupan mereka untuk menampung ratusan anak terlantar dari keluarga yang menjadi korban akibat operasi pemberontakan di Selatan Mindanao, untuk mendapatkan pendidikan secara gratis di kedua lembaga pendidikan tinggi itu.

Laporan UCAN (14/9/2018) menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 100 anak dari suku terlantar asal Mindanao, siap diakomodasi di beberapa asrama milik sebuah kongregasi religius untuk mendapat pendidikian secara cuma-cuma di dua perguruan tinggi ternama di Filipina itu.

Uskup Agung Cebu, Mgr Jose Palma

 

Ratusan anak yang terlantar itu berasal dari warga Filipina Selatan yang orang tuannya menjadi korban dalam operasi militer melawan pemberontakan geriliawan Moro di Filipina Selatan.

Wakil Rektor Universitas Santo Thomas, Pastor Pablo Tiong, OP mengatakan, Gereja Katolik dapat memahami penderitaan yang dialami ratusan pelajar yang pendidikannya terganggu akibat pemberontakan.

Menurut Pablo, pihaknya akan menampung sekitar 60 pelajar dari warga suku di bagian Selatan Mindanao di Seminari yang dikelola Ordo Dominikan di Manila sambil mengikuti pendidikan di Universitas Santo Thomas, Manila.

“Perguruan tinggi ini selalu terbuka untuk warga suku dari bagian Selatan Mindanao,” kata Pastor Tiong.

Sementara itu, di Cebu, bagian Tengah Filipina sekitar 32 anak dari warga suku bagian Selatan akan mendapatkan pendidikan di Kampus Augustinian Recollects di Universitas San Jose Recoletos.

“Saya merasa sedih dengan pelanggaran dan kekerasan yang dialami warga suku di Mindanao dan karena itu, anak-anak itu akan diserahkan kepada kongregasi religius yang ada di Cebu,” kata Uskup Agung Cebu, Mgr Jose Palma, sebagaimana dilaporkan UCAN.

 

Menurut Uskup Palma, melayani warga suku merupakan bentuk respon umat Katolik terhadap ajakan Paus Fransiskus untuk memperahtikan saudara dan saudari kita yang sedang mengalami menderita saat ini.

Sementara itu, Bruder Takoy Kakosalem, salah seorang tenaga pengajar di Univeritas San Jose mengatakan, modul kuliah untuk anak-anak warga suku, akan mengikuti “kurikulum adat”, sementara “sesi psikologi” juga akan diberikan guna membantu mereka mengatasi trauma akibat konflik yang mereka alami selama sekian tahun di wilayah Selatan.

 

Baca juga :

 

KOMENTAR