Harga Emas Kembali Melonjak: Dipicu Ketidakpastian Global

Sifi Masdi

Thursday, 05-06-2025 | 10:00 am

MDN
Ilustrasi emas batangan [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas kembali menguat tajam di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Faktor-faktor seperti pelemahan dolar AS, lemahnya data ekonomi Amerika Serikat, serta ketegangan geopolitik internasional menjadi pendorong utama reli emas dalam beberapa hari terakhir.

 

Mengutip laporan Reuters pada Kamis (5/6/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 0,8% menjadi US$3.378,22 per ons, setelah sebelumnya sempat melonjak hingga 1%. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS juga mengalami penguatan 0,7% dan diperdagangkan pada level US$3.399,20 per ons.

 

Pelemahan dolar AS sebesar 0,5% menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga emas. Melemahnya mata uang dolar membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi investor global yang menggunakan mata uang lain. Di saat yang sama, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga turun tipis, semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis (5/6/2025)

Harga Emas Antam Turun Rp 16.000 : Rabu (4/6/2025)

Harga Minyak Dunia Melonjak: Dipicu Ketegangan Geopolitik


 

Menurut Tai Wong, seorang pedagang logam independen, lonjakan harga emas turut dipicu oleh data ekonomi AS yang mengecewakan. Sektor jasa, yang merupakan dua pertiga dari perekonomian AS, mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir. Hal ini tercermin dari penurunan indeks non-manufaktur (PMI) yang dirilis Institute for Supply Management, dari sebelumnya 51,3 menjadi 49,9—angka terendah sejak Juni 2024.

 

Selain itu, laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta yang paling lemah dalam lebih dari dua tahun terakhir. Meski data ini biasanya memberikan tekanan terhadap pasar, harga emas justru tetap solid dan menunjukkan ketahanan terhadap sentimen negatif tersebut.

 

“Penutupan harga di atas level US$3.400 bisa menjadi sinyal kuat untuk mendorong emas menuju rekor tertinggi baru,” tambah Wong.

 

Kondisi geopolitik yang memanas turut memperkuat posisi emas sebagai aset perlindungan. Konflik yang masih berlangsung di Ukraina, ketegangan di Timur Tengah termasuk Iran dan Suriah, serta hubungan dagang yang memanas antara AS dan China, semuanya menambah lapisan ketidakpastian global.

 

Daniel Pavilonis, analis senior dari RJO Futures, menyebut bahwa kondisi ini membuat banyak investor memilih emas sebagai tempat perlindungan nilai. “Bahkan jika reli ini datang lebih cepat dari yang diperkirakan, potensi keuntungan dari emas masih sangat besar,” ujarnya.

 

Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai sosok yang "keras dan sulit diajak berunding" semakin memperkeruh suasana. Terlebih setelah AS menggandakan tarif impor baja dan aluminium serta meminta mitra dagangnya untuk mengajukan penawaran terbaik guna menghindari tarif yang lebih tinggi.

 

Seluruh perhatian pasar kini tertuju pada laporan penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) yang akan dirilis Jumat (6/6/2025). Data ini akan menjadi indikator penting untuk menentukan arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) ke depan.

 

Jika data menunjukkan pelemahan lanjutan di sektor ketenagakerjaan, bukan tidak mungkin The Fed akan mempertimbangkan pelonggaran kebijakan suku bunga, yang bisa mendorong harga emas lebih tinggi lagi.

 

Disclaimer:

Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu. Pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi.

 

 

 

KOMENTAR