Harga Emas Naik: Permintaan Aset Safe Haven Meningkat

Sifi Masdi

Friday, 03-01-2025 | 09:26 am

MDN
Ilustrasi emas batangan [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas telah mencapai level tertinggi dalam tiga pekan terakhir, mencerminkan lonjakan permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian yang melanda pasar global. Kenaikan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk perubahan kebijakan suku bunga yang diharapkan dari Federal Reserve dan potensi dampak dari tarif perdagangan yang diusulkan oleh presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

 

Pada Jumat, 3 Januari, pukul 6.17 WIB, harga emas spot tercatat di level US$ 2.659 per ons troi, mengalami penguatan tipis sebesar 0,04% dari penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di US$ 2.657,90 per ons troi. Ini merupakan harga tertinggi yang dicapai emas spot sejak 13 Desember, menunjukkan tren positif yang patut dicermati oleh para investor.

 

Tidak hanya emas spot, harga emas berjangka untuk kontrak Februari 2025 di Commodity Exchange juga menunjukkan penguatan, berada di angka US$ 2.671,20 per ons troi, naik sebesar 0,08% dari posisi kemarin. Kenaikan ini sejalan dengan tren positif yang ditunjukkan oleh harga emas spot, mencerminkan minat yang meningkat dari pelaku pasar dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Jumat, 3 Januari 2025

Saham Yang Tumbuh di Bursa Singapura, Apa Saja?

Harga Emas Antam Naik Rp 9.000: Kamis, 2 Januari 2025

Swiss Usulkan Bank Sentral Jadikan Bitcoin Sebagai Cadangan Moneter Seperti Emas


 

Analis pasar dari StoneX, Rhona O'Connell, menyatakan dalam email yang dikutip Reuters bahwa meskipun tidak ada pergerakan pasar yang signifikan dalam berita terkini, kekuatan geopolitik saat ini memberikan dukungan bagi harga emas. Ketegangan yang muncul akibat serangan pesawat nirawak Rusia di Kyiv dan serangan militer Israel di pinggiran Kota Gaza telah menambah lapisan ketidakpastian yang mendorong investor beralih ke emas sebagai aset lindung nilai.

 

Emas dikenal sebagai aset yang cenderung melesat ketika suku bunga bertahan rendah, berfungsi sebagai pelindung terhadap risiko ekonomi dan geopolitik yang meningkat. Dalam konteks ini, pelaku pasar kini menunggu data penting dari AS, termasuk laporan ketenagakerjaan ADP dan risalah rapat FOMC bulan Desember, untuk mengukur prospek suku bunga di tahun 2025.

 

Mengawali tahun 2025, tren positif untuk harga emas tampak jelas. Pemotongan suku bunga, pembelian oleh bank sentral, dan ketegangan geopolitik telah mendorong harga emas ke rekor tertinggi, dengan kenaikan tahunan lebih dari 27%, yang merupakan yang terbesar sejak 2010.

 

Fawad Razaqzada, analis pasar di Forex.com, menilai bahwa koreksi atau konsolidasi yang terjadi di awal tahun ini bisa menjadi panggung bagi reli baru yang lebih kuat.

Razaqzada bahkan menyebutkan bahwa target harga emas dapat mencapai US$ 3.000 per ons, seiring dengan berakhirnya fenomena 'perdagangan Trump' yang ditandai dengan dolar AS yang kuat dan pasar saham yang menguat.

 

Dengan pelantikan Trump pada 20 Januari yang akan datang, ketidakpastian semakin meningkat. Kebijakan tarif yang diusulkan dan proteksionisme yang mungkin diterapkan Trump diperkirakan akan bersifat inflasioner, berpotensi memicu perang dagang yang dapat melemahkan dolar dan mendongkrak harga emas.

 

 

KOMENTAR