Harga Emas Siap Tembus USD 3.500 per Ons:  Dampak Konflik Iran-Israel

Sifi Masdi

Tuesday, 24-06-2025 | 09:30 am

MDN
Ilustrasi Emas Batangan [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga emas kembali menguat di tengah memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel. Ketegangan yang semakin meningkat mendorong para investor global untuk mencari aset safe haven, dan emas kembali menjadi pilihan utama.

 

Pada penutupan perdagangan hari Senin (24/6/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 0,5% menjadi USD 3.384,59 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka di Amerika Serikat juga mengalami kenaikan 0,4% ke level USD 3.400,70 per ons.

 

Analis pasar dan mitra pengelola di CPM Group, Jeffrey Christian, menyatakan bahwa lonjakan harga ini sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian politik global. “Harga naik sebagian karena ketidakpastian politik menyusul pengeboman Iran oleh AS,” ujarnya.

 

Konflik memanas setelah Amerika Serikat meluncurkan sejumlah serangan rudal ke Iran pada akhir pekan, dengan target utama fasilitas nuklir. Aksi ini menyusul pernyataan Presiden Donald Trump yang secara terbuka mempertimbangkan opsi untuk menggulingkan pemerintahan Iran di bawah Masoud Pezeshkian.

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan:  Selasa (24/6/2025)

Listrik Tenaga Nuklir dan EBT Mana Lebih Murah?

Harga Emas Melemah Usai The Fed Pertahankan Suku Bunga


 

Laporan dari kantor berita Axios mengungkap bahwa Iran telah merespons dengan menembakkan enam rudal ke pangkalan militer AS di Qatar. Sementara itu, militer Israel melakukan serangan udara ke Penjara Evin di Teheran utara—sebuah simbol kuat rezim Iran—yang diklaim sebagai pengeboman paling intens ke ibu kota Iran sejauh ini.

 

Di tengah ketidakpastian ini, emas kembali menjadi aset andalan. Sejak lama, logam mulia ini dikenal sebagai lindung nilai terhadap inflasi sekaligus tempat perlindungan ketika dunia dilanda krisis.

 

“Selama ketegangan politik dan ekonomi terus berlangsung—dan tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat—kami memperkirakan harga emas dan perak akan tetap kuat dan cenderung meningkat. Kami optimistis harga emas bisa menembus USD 3.500 per ons dalam beberapa bulan ke depan,” tambah Christian. Untuk diketahui, harga emas sempat menyentuh rekor tertingginya di USD 3.500,05 per ons pada 22 April lalu.

 

Selain faktor geopolitik, pasar juga menanti rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) dari Amerika Serikat yang dijadwalkan akhir pekan ini. Data ini penting sebagai salah satu indikator inflasi yang dipantau ketat oleh The Fed (bank sentral AS).

 

Pekan lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50%. Namun, ada sinyal bahwa bank sentral mungkin mulai menurunkan suku bunga pada akhir tahun, terutama jika inflasi mulai melambat.

 

Kondisi ini berpotensi semakin mendukung penguatan emas. Sebab, emas—yang tidak memberikan imbal hasil seperti bunga atau dividen—biasanya semakin menarik di tengah lingkungan suku bunga rendah.

 

Disclaimer:

Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu. Pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi.

 

KOMENTAR