Harga Minyak Dunia Kembali Menguat: Senin (2/6/2025)

Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia kembali menguat pada awal perdagangan Senin (2/6/2025), didorong keputusan OPEC+ yang mempertahankan rencana kenaikan produksi untuk Juli 2025. Langkah ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan memperkuat sentimen positif terhadap harga minyak mentah.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent tercatat naik US$1,06 atau 1,69% ke level US$63,84 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS melonjak US$1,16 atau 1,91% ke posisi US$61,95 per barel.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) pada Sabtu (31/5) memutuskan untuk tetap menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juli. Ini merupakan kelanjutan dari peningkatan bertahap yang telah dilakukan sejak April oleh delapan negara anggota utama.
BACA JUGA:
Harga Minyak Dunia Melemah: Kekhawatiran Stok Melimpah
Rekomendasi Saham Pilihan: Senin (2/6/ 2025
Harga Emas Antam Turun Rp 28.000: Rabu (28/5/2025)
Langkah ini memperjelas strategi OPEC+ dalam merebut kembali pangsa pasar global, sekaligus memberi sinyal tegas kepada negara-negara anggota yang melebihi batas produksi, seperti Irak dan Kazakhstan.
Sejak beberapa tahun terakhir, OPEC+ telah memangkas produksi lebih dari 5 juta barel per hari—setara dengan 5% dari total permintaan global. Namun, sejak April 2025, aliansi ini mulai melepas sebagian pemangkasan tersebut, dengan peningkatan pasokan yang semakin signifikan pada Mei, Juni, dan kini Juli.
Kendati penambahan pasokan sempat menekan harga minyak hingga di bawah US$60 per barel pada April—level terendah dalam empat tahun—OPEC+ tetap pada rencana awalnya. Harga minyak bahkan sempat ditutup di bawah US$63 per barel pada Jumat (31/5), namun kembali pulih berkat konsistensi kebijakan produksi.
Analis Onyx Capital Group, Harry Tchilinguirian, menjelaskan bahwa fokus utama OPEC+ saat ini adalah pangsa pasar. “Jika harga tidak mampu memberikan pendapatan optimal, mereka berharap volume penjualan akan menutupinya,” jelasnya.
Ia menambahkan, bila OPEC+ memutuskan peningkatan produksi melebihi ekspektasi pasar, harga minyak bisa saja tertekan lebih dalam pada pembukaan pasar. Namun karena keputusan ini telah sesuai proyeksi, harga justru mengalami penguatan.
Dalam pernyataan resminya, OPEC+ menyebut proyeksi ekonomi global yang stabil serta rendahnya tingkat inventori minyak sebagai dua alasan utama di balik kebijakan kenaikan produksi. Meski demikian, tidak semua anggota mendukung sepenuhnya. Aljazair, menurut sumber Reuters, sempat mengusulkan penundaan penambahan pasokan. Namun, mayoritas anggota tetap mendukung rencana tersebut.
Analis energi dari Rystad Energy, Jorge Leon, menyebut keputusan OPEC+ sebagai sinyal keras kepada pasar. “Mei menjadi peringatan, Juni mengonfirmasi, dan Juli menembakkan peluru peringatan,” ujarnya, menggambarkan eskalasi langkah OPEC+ dalam tiga bulan terakhir.
Hingga kini, delapan negara anggota OPEC+ telah meningkatkan atau mengumumkan tambahan produksi sebesar 1,37 juta barel per hari—atau sekitar 62% dari target pemulihan sebesar 2,2 juta barel per hari. Target ini ditetapkan untuk dipenuhi secara bertahap hingga akhir tahun.
Sementara itu, permintaan minyak global diperkirakan akan tumbuh sekitar 775.000 barel per hari pada 2025, menurut survei Reuters. Estimasi serupa juga datang dari Badan Energi Internasional (IEA), yang memproyeksikan peningkatan sebesar 740.000 barel per hari.
Selain pemulihan dari target 2,2 juta barel per hari yang dimulai sejak April, OPEC+ juga masih mempertahankan dua lapis pemangkasan produksi tambahan yang dijadwalkan berlaku hingga akhir 2026.
KOMENTAR