Harga Minyak Dunia Melemah: Kekhawatiran Stok Melimpah

Sifi Masdi

Wednesday, 28-05-2025 | 10:20 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah global kembali turun pada akhir perdagangan Selasa (27/5/2025), dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi kelebihan pasokan di pasar. Sentimen negatif ini diperkuat oleh sinyal kemajuan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat, serta ekspektasi bahwa aliansi produsen OPEC+ akan meningkatkan produksi dalam waktu dekat.

 

Mengutip laporan Reuters pada Rabu (28/5/2025), harga minyak Brent turun 65 sen atau 1% menjadi US$64,09 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 64 sen atau 1,04% ke level US$60,89 per barel.

 

Pasar kini menanti hasil pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung hari ini. Meski pertemuan awal diperkirakan belum menghasilkan perubahan kebijakan produksi, tiga sumber internal menyebut bahwa pertemuan lanjutan pada Sabtu mendatang kemungkinan besar akan menyetujui percepatan peningkatan produksi mulai Juli.

 


BACA JUGA: 

Harga Emas Antam Turun Rp 28.000: Rabu (28/5/2025)

Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu (28/5/2025)

Harga Minyak Melemah: Dampak Info Pemangkasan Produksi  OPEC+


 

Sementara itu, perkembangan diplomatik antara Teheran dan Washington turut memengaruhi sentimen pasar. Negosiasi nuklir antara kedua negara memasuki putaran kelima di Roma pekan lalu. Meski menunjukkan kemajuan, sejumlah isu penting, seperti program pengayaan uranium Iran, masih menjadi hambatan utama.

 

Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial, Dennis Kissler, mengatakan bahwa potensi peningkatan produksi OPEC+ menjadi salah satu tekanan terbesar bagi harga minyak dalam jangka pendek. "Terutama jika Iran kembali menambah pasokan ke pasar global setelah tercapainya kesepakatan dengan AS," ujarnya.

 

Jika kesepakatan gagal dicapai, sanksi terhadap Iran kemungkinan besar akan tetap diberlakukan, yang berarti ekspor minyak negara tersebut masih akan dibatasi. Namun, tercapainya kesepakatan akan membuka keran pasokan baru yang dapat menekan harga lebih lanjut.

 

Dari sisi suplai domestik, survei awal Reuters menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS meningkat sekitar 500.000 barel pada pekan lalu. Kenaikan ini menambah tekanan terhadap harga di tengah sentimen pasar yang sudah tertekan.

 

Di sisi lain, keputusan Presiden Donald Trump untuk memperpanjang tenggat negosiasi dagang dengan Uni Eropa hingga 9 Juli memberikan sedikit angin segar. Keputusan ini meredakan kekhawatiran pasar atas kemungkinan penerapan tarif baru yang berisiko menurunkan permintaan bahan bakar. Bursa saham Wall Street pun mencatatkan kenaikan sebagai respons positif atas kabar tersebut.

 

Analis UBS, Giovanni Staunovo, menilai bahwa meredanya ketegangan dagang memang memberi dukungan sementara bagi harga minyak. Namun, ia menegaskan bahwa arah pasar tetap sangat bergantung pada hasil keputusan OPEC+ akhir pekan ini.

 

Faktor tambahan yang ikut mendukung harga adalah kebakaran hutan di Alberta, Kanada. Insiden ini menyebabkan penutupan sementara beberapa fasilitas produksi minyak dan gas, yang secara langsung mengganggu suplai regional.

 


 

 

 

 

KOMENTAR