Harga Minyak Dunia Melemah, Dipicu Kekhawatiran Kelebihan Pasokan

Sifi Masdi

Friday, 07-11-2025 | 09:53 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia tertekan pada perdagangan Kamis (6/11/2025), di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan global. Padahal, data terbaru menunjukkan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) masih relatif kuat.

 

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,79 atau 1,23% menjadi US$63,65 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melemah US$0,81 atau 1,34% ke posisi US$59,75 per barel.

 

Penurunan harga ini terjadi setelah data pemerintah AS menunjukkan lonjakan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan pasar, memperkuat kekhawatiran akan meningkatnya pasokan di tengah pemulihan ekonomi global yang masih terbatas.

“Pemulihan impor dan aktivitas penyulingan yang masih rendah akibat perawatan musiman mendorong kenaikan stok minyak mentah AS,” ujar Matt Smith, analis utama minyak kawasan Amerika di Kpler.

 

Data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat, persediaan minyak mentah AS naik 5,2 juta barel menjadi 421,2 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh di atas proyeksi analis yang hanya memperkirakan kenaikan 603.000 barel.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Naik Rp9.000 per Gram: Jumat (7/11/ 2025)

Rekomendasi Saham Pilihan di Akhir Pekan

Potensi Dividen Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk


 

Namun, pelemahan harga minyak tertahan oleh penurunan tajam pada stok bensin. Persediaan bensin AS dilaporkan turun 4,7 juta barel menjadi 206 juta barel, jauh lebih besar dari perkiraan penurunan 1,1 juta barel.

 

Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan bahan bakar kendaraan di AS masih kuat, meskipun harga minyak mentah global tengah berada dalam tren menurun.

 

Dari sisi kebijakan, pasar minyak juga tertekan oleh langkah pemerintah Kanada yang berpotensi mencabut batas emisi untuk sektor minyak dan gas dalam rencana anggaran yang diumumkan Perdana Menteri Mark Carney pada Selasa (4/11/2025).

 

Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Kanada—sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia—dapat meningkatkan produksi secara agresif dalam beberapa bulan ke depan.

“Kanada bisa saja menanggalkan strategi emisi yang kontroversial dan membuka keran produksi minyak lebih besar,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

 

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+) pada pekan lalu sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 137.000 barel per hari mulai Desember 2025. Meski demikian, kelompok ini menunda kenaikan tambahan hingga kuartal I/2026, sebagai upaya menjaga keseimbangan pasar.

 

Di tengah isu pasokan global, produksi minyak mentah Kazakhstan (tidak termasuk kondensat gas) justru turun 10% pada Oktober 2025 menjadi 1,69 juta barel per hari, meski masih berada di atas kuota yang ditetapkan OPEC+.

 

Di Rusia, pelabuhan Laut Hitam Tuapse menghentikan ekspor bahan bakar setelah serangan drone Ukraina pada akhir pekan lalu menargetkan infrastruktur energi di kawasan tersebut. Beberapa kilang minyak di wilayah itu juga terpaksa menghentikan operasi untuk sementara waktu, menurut sumber industri dan data pelacakan kapal LSEG.

 

 

KOMENTAR