Harga Minyak Kembali Terkoreksi: Dampak Penguatan Dolar AS

Sifi Masdi

Thursday, 09-01-2025 | 10:36 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mengalami koreksi setelah sebelumnya menunjukkan tren yang cukup stabil pada perdagangan, Kamis (9/1/2025). Pukul 06.10 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 tercatat di level US$ 73,28 per barel, turun 0,05% dibandingkan harga sebelumnya yang berada di US$ 73,32 per barel.

 

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan harga minyak adalah penguatan dolar AS. Ketika nilai dolar meningkat, minyak yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, yang pada gilirannya dapat mengurangi permintaan global. Hal ini menciptakan tekanan tambahan terhadap harga minyak di pasar internasional.

 

Selain penguatan dolar, kenaikan persediaan bahan bakar di AS juga menjadi faktor signifikan yang memengaruhi harga minyak. Berdasarkan data dari Badan Informasi Energi AS yang dirilis pada hari Rabu, stok bensin AS mengalami peningkatan sebesar 6,3 juta barel dalam seminggu, mencapai total 237,7 juta barel. Stok sulingan juga meningkat, naik sebesar 6,1 juta barel menjadi 128,9 juta barel.

 

Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi pasar minyak saat ini. "Pasar minyak sedang terbebani oleh peningkatan signifikan dalam persediaan bensin dan solar yang telah kita lihat selama beberapa minggu terakhir," ujarnya.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Spot Kembali Naik: Imbas Peringatan The Fed Soal Inflasi

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 9 Januari 2025

Cuaca Dingin AS Picu Kenaikan Harga Minyak

Harga Minyak Dunia Kembali Tertekan: Dampak Melemahnya Ekonomi Jerman dan AS


 

Lipow menekankan bahwa peningkatan persediaan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan produksi dari penyuling yang berusaha memenuhi permintaan pasar.

 

Josh Young, kepala investasi di Bison Interests, menambahkan bahwa ia akan khawatir jika produksi terus meningkat dalam beberapa minggu ke depan. Meskipun demikian, ia juga mencatat bahwa cuaca dingin dapat membatasi pasokan minyak mentah dan meningkatkan permintaan untuk minyak pemanas, memberikan sedikit sinyal positif di tengah ketidakpastian ini.

 

Data lain menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di AS turun sebanyak 959.000 barel, mencapai 414,6 juta barel dalam periode yang sama. Penurunan ini memberikan sedikit harapan bagi para pelaku pasar, meskipun dampak dari peningkatan stok bensin dan sulingan masih mendominasi sentimen pasar.

 

Analis pasar memperkirakan bahwa harga minyak akan mengalami penurunan rata-rata sepanjang tahun 2024. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC yang diharapkan akan memasuki pasar. BMI, divisi dari Fitch Group, mempertahankan perkiraan untuk harga minyak mentah Brent pada rata-rata US$ 76 per barel di tahun 2025, turun dari rata-rata harga US$ 80 per barel pada tahun 2024.

 

 

KOMENTAR