IHSG Dibuka Menguat di Awal Pekan

Sifi Masdi

Monday, 17-02-2025 | 10:06 am

MDN
Ilustrasi pergerakan saham [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat dalam pembukaan perdagangan Senin (17/2/2025), dengan mencatatkan kenaikan sebesar 0,49% dan mencapai level 6.671,02.

 

Data dari RTI Business yang tercatat pada pukul 09.01 WIB menunjukkan bahwa IHSG mengalami lonjakan sebesar 32,56 poin. Rentang pergerakan IHSG pada hari ini berada di antara 6.658 hingga 6.672, mencerminkan volatilitas yang moderat namun stabil.

 

Total perdagangan saham mencapai angka yang cukup menggembirakan, yakni 248,62 juta lembar, dengan nilai transaksi mencapai Rp216,02 miliar serta frekuensi perdagangan sebanyak 22.439 kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 185 saham mengalami penguatan, sementara 82 saham mengalami penurunan, dan 252 saham lainnya stagnan. Kapitalisasi pasar Bursa pun tercatat mencapai Rp11.485 triliun, menunjukkan kekuatan pasar yang masih solid.

 


BACA JUGA:

Menteri Luar Negeri G7 Berkomitmen Memperkuat Kerja Sama Mewujudkan Perdamaian di Ukraina

Harga Minyak Stabil: Jumat (14/2/2025)

Danantara Resmi Luncur 24 Februari 2025:  Siap Kelola Dana Rp14.715 Triliun


 

Pakar pasar modal, Valdy Kurniawan, selaku Head of Research Phintraco Sekuritas, mengemukakan bahwa IHSG saat ini berada dalam fase konsolidasi, dengan support area di kisaran 6.550-6.750.

 

Ia juga menekankan bahwa IHSG berpotensi untuk menguji level 6.700-6.750 pada perdagangan hari ini. Secara teknikal, analisis Stochastic RSI yang mulai bergerak naik dari zona oversold, bersamaan dengan penyempitan negative slope pada MACD, menunjukkan potensi penguatan yang lebih lanjut.

 

Sentimen positif yang mendorong IHSG juga berasal dari keputusan pemerintah AS yang menunda pengumuman tarif timbal balik. Keputusan ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan untuk mereview kebijakan tersebut. Penundaan ini memberikan harapan bagi pelaku pasar, yang khawatir akan dampak negatif dari kebijakan perdagangan yang lebih ketat.

 

Namun, tidak semua berita datang dari sisi yang positif. Data ekonomi terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan penjualan ritel, yang tercatat hanya 4,2% year on year (yoy) pada Januari 2025, turun dari 4,36% yoy pada bulan Desember 2024. Meskipun demikian, kabar buruk ini bisa jadi membawa angin segar bagi peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed yang lebih agresif di tahun 2025, yang pada gilirannya bisa memberikan dampak positif bagi pasar saham.

 

Selain itu, data ekspor Indonesia pada Januari 2025 diperkirakan tumbuh 6,99% yoy, lebih baik dibandingkan dengan 4,78% yoy pada bulan sebelumnya. Tren positif ini menunjukkan bahwa kinerja ekspor Indonesia mulai pulih setelah mengalami tekanan di tahun sebelumnya. Namun, di sisi lain, nilai impor juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 9,95% yoy, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan 11,07% yoy pada Desember 2024.

 

Di tengah berbagai dinamika ini, pelaku pasar juga akan mencermati serangkaian pidato dari petinggi The Fed, termasuk Harker dari Philadelphia, serta perwakilan Dewan Gubernur, Bowman dan Waller, yang dijadwalkan akan memberikan pernyataan pada awal pekan ini.

 

Disclaimer:

Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.

 

 

 

 

KOMENTAR