Ini Penjelasan PKB-Hanura Soal Istilah “Budek-Buta” yang Disampkan Ma’ruf Amin

Jakarta, Inako
Sebutan “budek-buta” yang disampaikan calon wakil presiden Ma’ruf Amin memunculkan banyak pro dan kontra di tengah masyarakat. Lawan politik berusaha menghubungkan istilah itu dengan kaum difabel.
Istilah itu pun akan banyak diinterpretasi sesuai dengan selera masing-masing kelompok kepentingan menjalang Pilpres 2019. Agar itilah tersebut tidak bias, PKB dan Hanura, sebagai pertai pendukung Jokowi-Ma’ruf, berusaha menjelaskan maksudkan ucapan tersebut. PKB menjelaskan bahwa maksud Ma’ruf dengan ucapan tersebut adalah mengajak semuanya tidak menutup mata hati.
"Ini tahun politik, tahun kompetisi. Kompetisi yang sehat dan berkualitas. Beliau ingin mengajak kita untuk tidak menutup mata hati, tapi mengajak kita untuk benar-benar membaca realita secara fair sesuai fakta," kata Wasekjen PKB Daniel Johan kepada wartawan, Sabtu (10/11/2018)
Dia mengatakan banyak program kerakyatan yang berhasil dilaksanakan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla. Menurut Daniel, jika ada yang kurang bisa diberikan masukan untuk evaluasi.
"Banyak program kerakyatan yang berhasil seperti pembangunan infrastruktur dan harga pangan yang stabil. Bila ada yang kurang bisa diberi masukan untuk evaluasi. Itu yang namanya fair menilai pakai akal sehat. Jangan sampai politik membutakan apapun. Harapannya akan muncul kompetisi sehat yang berbasis visi dan program bukan menyebar propaganda dan kebencian," jelasnya.
Selanjutnya, partai Hanura yang juga mendukung Jokowi-Ma'ruf menjelaskan soal perbedaan antara orang buta dan budek asli dengan istilah 'buta dan budek' yang dimaksud Ma'ruf.
"Ada 2 indera manusia yang sangat penting dalam menerima informasi, yaitu mata yang digunakan untuk menangkap informasi visual dan kuping yang digunakan untuk menangkap informasi verbal. Orang yang benar-benar buta dan budek memang indera penglihatan dan pendengarannya yang tidak berfungsi, tapi politisi yang buta dan budek, bukan karena mata dan telinganya yang rusak, melainkan otaknya yang rusak," kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah kepada wartawan, Sabtu (10/11/2018) malam.
Dia menganggap para politisi 'budek dan buta' itulah yang dimaksud oleh Ma'ruf. Inas menyebut para politisi 'budek dan buta' itu yang tidak mampu melihat pembangunan di depan matanya.
"Jadi yang dimaksud Pak Ma'ruf Amin adalah politisi yang di depan matanya sudah jelas-jelas nampak pembangunan tapi mereka tidak mampu melihat, dan sudah jelas-jelas terdengar hiruk pikuk kesibukan pembangunan, tapi mereka tidak mampu mendengar, maka artinya mereka itu dalam tanda kutip 'buta' dan 'budek' alias rusak otak," ujarnya.
TAG#Pilpres 2019, #PKB, #Hanura, #Budek dan Buta, #Ma’ruf Amin
190215226
KOMENTAR