Isu “Rommy Effect” Dalam Peta Pertarungan Jokowi dan Prabowo

Sifi Masdi

Thursday, 21-03-2019 | 08:28 am

MDN
Eks Ketum PPP Romahurmuziy [ist]

Jakarta, Inako

'Rommy Effect' disebut-sebut dalam peta pertarungan antara Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Penangkapan eks Ketum PPP Romahurmuziy alias Rommy dinilai akan memperbesar kesempatan Prabowo-Sandiaga untuk menang di Pilpres 2019. 

Adalah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga yang meyakini 'Rommy Effect' akan memberi pengaruh buruk pada elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Prediksi itu disampaikan BPN usai melihat selisih yang semakin tipis antara Jokowi dengan Prabowo dalam suvei Litbang Kompas.

Survei ini melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan selisih Jokowi dan Prabowo tinggal 11,8%. Elektabilitas Jokowi tercatat sebesar 49,2%, sementara elektabilitas Prabowo 37,4%, dan yang merahasiakan pilihan sebesar 13,4%.

BPN meyakini 'Rommy Effect' akan membuat Jokowi-Ma'ruf semakin keok. Sebab, swing voters dan pendukung Jokowi akan berpindah ke Prabowo lantaran Rommy terjerat korupsi. 

"Survei Litbang Kompas dilakukan pada 22 Februari-5 Maret atau sebelum terjadinya OTT KPK terhadap Rommy PPP pada 15 Maret 2019, jadi belum ada Rommy effect dalam survei tersebut. Jika Rommy effect sudah dihitung, saya yakin sebagian besar swing voter dan bahkan pendukung Jokowi akan pindah ke Prabowo," kata anggota BPN Prabowo-Sandiaga, Habiburokhman kepada wartawan, Rabu (20/3). 

"Fakta di lapangan tidak terbantahkan, di mana pun Prabowo-Sandi hadir selalu disambut lautan massa, sementara paslon kubu sebelah kerap terlihat sepi. Justru kami yakin kondisi saat ini Prabowo sudah mengungguli Jokowi karena adanya OTT terhadap pentolan TKN Romy PPP beberapa hari lalu," imbuhnya.

Kubu Tim Kampanye Nasional (TKN) langsung membantah, termasuk oleh PPP. PPP menegaskan tidak ada kaitan penangkapan Romahurmuziy dengan elektabilitas Jokowi.

"Jika yang dimaksud BPN tentang 'Rommy effect' tersebut terkait dengan konstituen PPP bakal beralih kepada Prabowo, maka itu hanya spekulasi BPN saja," kata Sekjen PPP Arsul Sani kepada wartawan, Rabu (20/3/2019).

Menurut Arsul, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di kalangan pemilih PPP terus meningkat. Dia membandingkan survei Litbang Kompas pada Oktober 2018 dan Maret 2019.

"Elektabilitas paslon 01 di internal konstituen PPP justru konsisten trennya naik. Lihat dari survei Kompas di Oktober 2018 dan yang sebelumnya dibanding hasil survei Maret 2019, maka kenaikannya cukup signifikan," jelasnya.

 

 

KOMENTAR