Kim Jong Un akan Naik Kereta Api dari Pyangyang Temui Trump di Hanoi

Sifi Masdi

Sunday, 24-02-2019 | 20:30 pm

MDN
Presiden Donald Trump (kanan) dan Kim Jong Un [ist]

Pyongyang, Inako

 

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal berlangsung pada 27-28 Februari 2019 di Hanoi, Vietnam.

Kurang dari sepekan jelang pertemuan, Kim beserta jajaran telah bergerak meninggalkan Pyongyang menuju Hanoi dengan menggunakan moda transportasi kereta api. Demikian laporan kantor berita resmi Korea Utara KCNA seperti dikutip Reuters, Minggu (24/2/2019).

Delegasi Kim meliputi sejumlah nama antara lain utusan utama Korut untuk AS Kim Yong Chol, Wakil Ketua Komite Pusat Partai Pekerja Korut Ri Su Yong, dan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho. Adik Kim Jong Un, yaitu Kim Yo Jong, juga turut serta.

Pejabat senior Korut lainnya seperti 'tangan kanan' Kim Jong Un, yaitu Kim Chang Son dan Kim Hyok Chol, mitra negosiasi utusan AS Stephen Biegun, sudah berada di Hanoi untuk mempersiapkan KTT. 

Kementerian Luar Negeri Vietnam mengumumkan pada Sabtu (23/2/2019) bahwa Kim akan melakukan kunjungan resmi ke Vietnam dalam "hari-hari mendatang" atas undangan Nguyen Phu Trong, presiden dan sekretaris jenderal Partai Komunis yang berkuasa di negara Asia Tenggara itu.

Perjalanan ke Vietnam dengan kereta api membutuhkan waktu paling tidak dua setengah hari mengingat jarak Pyongyang dan Hanoi mencapai ribuan kilometer. Pada 26 Februari, Vietnam akan melarang lalu lintas di jalan yang diperkirakan akan ditempuh Kim ke Hanoi dari sebuah stasiun di perbatasan Cina, kata media pemerintah.

Perjalanan dengan kereta api telah menjadi moda transportasi favorit bagi Kim Jong Un, seperti halnya sang ayah Kim Jong Il dan sang kakek Kim Il Sung. 

Ketika Kim Il Sung mengunjungi Hanoi pada 1958, ia melakukan perjalanan dari Pyongyang ke Beijing dengan kereta api, kemudian terbang ke Hanoi dengan pesawat yang disediakan oleh China, Yonhap News Agency Korea Selatan melaporkan pada Sabtu (23/2/2019) mengutip arsip laporan media Cina.

Trump dan Kim akan bertemu di Hanoi delapan bulan setelah pertemuan puncak bersejarah mereka di Singapura. Saat itu, Trump dan Kim berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh di semenanjung Korea. Menurut para analis, hal itu menunjukkan sedikit kemajuan. 

"Mereka tidak akan membuat perjanjian yang memecah aliran diplomasi saat ini. (Presiden Trump) telah menyebutkan bahwa mereka akan bertemu lagi bahkan jika ada perjanjian tingkat rendah, mereka akan berusaha untuk menjaga segala sesuatunya bergerak," kata Shin Beom-chul, analis di Institut Asan.

Pemerintahan Trump telah menekan Korut untuk menghentikan program senjata nuklir yang dapat mengancam AS. Di sisi lain, Korut menginginkan pelonggaran hukuman yang dipimpin oleh AS, jaminan keamanan dan akhir resmi Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian.

Kedua pihak berada di bawah tekanan untuk membentuk perjanjian yang lebih spesifik dari pada yang dicapai pada KTT Singapura, menurut para kritikus khususnya di AS.



 

KOMENTAR