Meski Dilarang Israel, Umat Kristen Palestina Tetap Rayakan Natal

Binsar

Tuesday, 25-12-2018 | 18:45 pm

MDN
Ilustrasi [ist]

Bethlehem, Inako –

Tekanan Israel terhadap warga Palestina, ternyata tidak hanya dialami secara politik dan sosial, tetapi juga dalam hal menjalankan kewajiban agama warga negara itu. Hal itu, paling tidak dialami umat Kristen Palestina yang merayakan Natal di bawah tekanan Israel.

Pohon Natal masih menghiasi kota Betlehem di Manger Square, tempat Gereja Kelahiran Kristus berada. Alun-alun ini menjadi tuan rumah sejumlah kegiatan, termasuk pendirian Desa Santa dan perayaan untuk anak-anak dan keluarga.

Pasar kota biasanya ramai selama Natal, dengan ribuan wisatawan asing menghadiri perayaan keagamaan dan misa tengah malam, tetapi tahun ini para pedagang mengeluh bahwa bisnis mereka mengalami penurunan.

Dalam dua minggu terakhir, militer Israel memberlakukan penghalang jalan di Tepi Barat dan menyerbu beberapa kota dan desa Palestina untuk mencari warga Palestina yang menembaki pasukannya.

"Kami terutama mengandalkan periode liburan, tetapi tahun ini kami menyaksikan aktivitas bisnis yang lemah. Ketidakamanan adalah salah satu alasan penting,” ujar Marwan Salibi, seorang salesman di sebuah toko barang antik di Bethlehem, seperti disitir dari Arab News, Selasa (25/12/2018).

Pada tahun ini, kota Betlehem dikunjungi oleh orang-orang Kristen dari tempat lain di Palestina. 

"Kami mengunjungi Betlehem setiap tahun, sekali atau dua kali," kata Sally Awwad, dari desa Zababdeh dekat kota Jenin di Tepi Barat utara, kepada Arab News.

“Saya biasa mengunjungi keluarga saya, tetapi sekarang saya bersama teman-teman saya dari berbagai kota. Kami membeli oleh-oleh dan berdoa di Gereja Kelahiran Kristus,” tuturnya.

“Saya selalu berharap bahwa Betlehem, tempat kelahiran Yesus, menjadi tempat yang bebas untuk dikunjungi oleh orang-orang Kristen dari seluruh Palestina dan dunia. Ini tidak terjadi karena kita hidup di bawah pendudukan," keluhnya.

Di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, Young Men's Christian Association (YMCA) pada hari Sabtu menyalakan pohon Natal untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun pada upacara yang dihadiri oleh umat Kristen dan Muslim.

"Setelah bertahun-tahun tidak menyalakan pohon Natal di Gaza, kami memutuskan tahun ini untuk merayakan dengan warga Palestina di Gaza dalam sebuah upacara kecil," kata Direktur YMCA, Hani Farah.

Setiap tahun, Israel mengeluarkan izin bagi beberapa orang Kristen di Gaza untuk pergi ke Betlehem, tetapi ratusan orang dilarang menghadiri misa tengah malam di kota itu. Ada sekitar 1.000 orang Kristen yang tinggal di Gaza.

Pada awal Desember, kota Ramallah menyalakan pohon Natal dalam suasana gembira di Yasser Arafat Square.

“Betapa indahnya bertemu dengan semua warga Palestina kami yang hebat, untuk merayakan salah satu hari libur nasional kami di mana kami menyemarakkan pohon Natal yang mulia, untuk menegaskan cinta kami satu sama lain dan bahwa kami adalah orang-orang yang damai di Palestina dan Yerusalem, yang meliputi Situs suci Kristen dan Islam,” kata Archimandrite Elias Awad, pelindung Gereja Ortodoks Yunani di Ramallah.


"Kami ingin mengirim pesan kepada dunia bahwa kami adalah orang yang menginginkan perdamaian, kami memiliki hak kami, kami menantikan kemerdekaan negara kami, kami salut pada hari-hari nasional dan keagamaan kami tanpa hambatan dan pekerjaan," imbuhnya.

YMCA menyalakan pohon Natal di Yerusalem pada awal Desember, menandai dimulainya perayaan.

"Kami ingin (Yerusalem) menjadi kota terbuka untuk beribadah bagi semua orang percaya dan pengikut semua agama dan bagi rakyat kami untuk menggunakan hak mereka atas kebebasan untuk beribadah di tempat suci Kristen dan Islam mereka," ujar Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam sebuah pesan Natal kepada dunia.

KOMENTAR